Relawan FPBI

Telah 3 tahun, tugas para relawan FPBI dalam aksi kemanusiaan di wilayah Bencana Kegagalan Teknologi yang dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo, di Kec. Porong, Sidoarjo

Kamis, 17 Desember 2009

Waspada, Badai Tropis Lawrence

Diposting oleh FPBI di 00.51 0 komentar
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bagi masyarakat mengenai akan adanya badai tropis Laurence di perairan sebelah tenggara Nusa Tenggara Timur.

Badai Laurence kemungkinan akan membentuk daerah pumpunan angin yang memanjang dari Sulawesi bagian selatan hingga Laut Timor dan berpeluang memunculkan awan-awan hujan di timur serta selatan katulistiwa, kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Stasiun Metereologi El Tari Kupang, Agus Tjatur Iswahjuanto, Minggu (13/12).

Meski badai itu saat ini masih berada di perairan Australia, semua pihak terutama para nelayan dan pelaut atau pun masyarakat umum yang berencana melakukan perjalanan laut diminta untuk selalu mewaspadai fenomena ini.

Peringatan dini ini, katanya, berlaku antara Minggu (13/12) hingga Senin (14/12) karena itu harus selalu berwaspada kapan dan di mana saja mengingat cuaca sering tidak berkompromi.

Dikatakan, saat ini tekanan udara masih berada pada 1000 hingga 1008 milibar dan masih dikategorikan dalam kondisi eksis di laut.

Tetapi jika tekanannya turun atnara 900-800 mili bar, akan terjadi siklon tropis ynag menimbulkan angin kencang hingga terjadi badai yang berdampak pada hujan lebat disertai guntur dan petir.

Menurut Agus untuk saat ini nahkan hingga tiga hari ke depan kondisi perairan di wilayah tenggara NTT bergelombang antara 1,5-2,00 meter, perairan luat Timor tinggi 2,5-3,0 meter dan Laut Arufuru 3,0-4,0 meter.

Sedangkan suhu muka laut di perairan sebelah selatan khatulistiwa yang masih cukup hangat, 33 derajat celcius, mendukung suplai uap air ke wilayah Indonesia bagian timur termauk tenggara NTT.

Selain itu, kelembaban udara di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Indonesia bagian Timur cukup besar yaitu mencapai 60 persen.

Ia menyebut secara keseluruhan wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah Pesisir Barat Sumatera bagian Selatan - Sumatera bagian Tengah dan Selatan - Jawa, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Sebagian Jawa - Kalimantan bagian Tengah, Barat dan Selatan - Sulawesi bagian Barat, Tenggara dan Selatan - Beberapa daerah di Bali - Nusatenggara - Maluku Tenggara - Papua bagian Timur, Tengah dan Selatan. Sumber : BMKG Kupang

Jumat, 04 Desember 2009

Pemasangan Deteksi Dini DAS Bengawan Solo

Diposting oleh FPBI di 04.48 0 komentar
Perum Jasa Tirta (PJT) I memasang beberapa jenis alat pendeteksi banjir di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

"Ada tiga jenis alat yang kami gunakan, seperti `early warning system` (EWS), `automatic rainfall recorder` (ARR) atau alat pencatat curah hujan, dan `automatic water level metering` (AWLM) pencatat elevasi tinggi muka air," kata Dirut PJT I, Tjuk Walujo Subianto di Wonogiri, Senin.

Untuk alat "early warning system", kata dia, dipasang di 30 titik sepanjang DAS Bengawan Solo.

"Di daerah hulu, bagian tengah DAS, dan hilir, masing-masing kami memasang alat itu di sepuluh titik posko pemantauan," kata Tjuk.

Dia mengatakan, alat tersebut memberi penanda lampu berwarna hijau, kuning, dan merah, untuk memberikan informasi mengenai ketinggian air sungai yang termasuk status waspada banjir.

"Jika lampu berwarna merah, sirine pada alat tersebut akan berbunyi. Masyarakat setempat yang bertugas di pos pemantauan tersebut akan memberikan informasi kepada masyarakat lainnya di pos yang berbeda melalui telepon seluler yang kami sediakan," kata dia.

Dia mengatakan, penanganan dengan cara seperti itu merupakan program PJT I melalui "monitoring" yang berbasis masyarakat.

Selain itu, kata Tjuk, PJT I juga mmasang alat pencatat curah hujan otomatis ("Automatyic Rainfall Recorder") di lima lokasi, seperti Batuwarno, Pracimoloyo, Tirtomoyo, Jatisrono, dan Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri).

"Jika curah hujan masuk pada batas 100 milimeter atau berarti hujan lebat, maka alat tersebut akan memberikan informasi secara otomatis kepada posko-posko pemantau banjir yang ada di sepanjang DAS Bengawan Solo," kata dia.

Fungsinya, kata dia, agar masyarakat yang berada di bagian tengah dan hilir dapat lebih waspada terhadap hujan lebat yang berpotensi meningkatkan volume air di DAS Bengawan Solo.

"Untuk alat pencatat elevasi tinggi muka air (automatic water level metering), kami memasangnyadi enam lokasi, seperti Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Jurug (Kota Solo), Ahmad Yani (Madiun), Karangnongko (Bojonegoro), dan dua titik di bagian hilir," kata dia.

Dia mengatakan, alat tersebut akan memberikan data secara otomatis mengenai tingkat elevasi ketinggian muka air di setiap lokasi pemasangan alat tersebut.

"Data tersebut akan disampaikan kepada pemerintah daerah setempat dan satuan tugas penanganan banjir yang berada di lokasi-lokasi sekitar tempat pemasangan alat tersebut," kata dia.

Tjuk Walujo Subianto mengatakan, dengan adanya alat-alat tersebut diharapkan banjir dapat dideteksi lebih dini sehingga dapat meminimalisir kerugian dan korban yang timbul karena banjir di DAS Bengawan Solo.

Jumat, 20 November 2009

Tinggi Gelombang Nopember 2009

Diposting oleh FPBI di 01.43 0 komentar

JUM'AT, 20 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Selat Karimata, Perairan Timur Batam Dan Timur Riau, Perairan Utara Bangka, Selat Malaka Barat Laut, Laut Andaman, Perairan Enggano, Perairan Bengkulu, Samudera Hindia Barat Lampung Hingga Selatan Jawa Timur , Perairan Morotai Dan Laut Halmahera.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Sulu, Laut Natuna Dan Perairan Utara Kalimantan Dan Samudera Pasifik Utara Biak

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan, Teluk Siam, Samudera Hindia Barat Mentawai, Samudera Pasifik Utara Biak Dan Laut Philipina

WARNING :

POTENSI HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR BERPELUANG TERJADI DI :

  • Perairan Timur dan Barat Malaysia
  • Perairan Utara Aceh
  • Samudera Hindia Barat Aceh dan Barat Bengkulu
  • Perairan Mentawai
  • Laut Sulawesi
  • Perairan jayapura
  • Samudera Pasifik Utara Sangihe Talaud hingga Utara Sorong dan Laut Philipina

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

SABTU, 21 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Laut Natuna Selatan, Selat Karimata, Perairan Timur Batam Dan Timur Riau, Laut Andaman, Perairan Utara Aceh, Perairan Enggano, Perairan Bengkulu, Samudera Hindia Selatan Lampung Hingga Selatan Jawa Timur , Perairan Morotai Dan Laut Halmahera.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Sulu, Teluk Siam, Laut Natuna Utara, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Barat Laut Bangka, Selat Malaka Utara Aceh, Samudera Hindia Barat Aceh Dan Barat Mentawai Dan Samudera Pasifik Utara Jayapura

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Tinggi Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan, Perairan Mentawai, Samudera Hindia Barat Daya Banten Dan Laut Philipina.

WARNING :

Potensi Hujan Lebat Disertai Petir Berpeluang Terjadi Di :

  • Perairan Brunai
  • Perairan Aceh
  • Perairan Mentawai Dan Bengkulu
  • Samudera Hindia Barat Mentawai Hingga Barat Bnegkulu
  • Perairan Bangka Selatan Dan Lampung Barat
  • Samudera Pasifik Utara Biak
  • Laut Philipina

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

MINGGU, 22 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Laut Natuna Selatan, Selat Karimata, Perairan Timur Batam Dan Timur Riau, Perairan Utara Bangka, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai Dan Enggano, Perairan Bengkulu, Perairan Lampung Barat, Selat Sunda Selatan, Perairan Seltan Jawa Barat, Samudera Hindia Barat Bengkulu Hingga Selatan Jawa Timur Dan Samudera Pasifik Utara Sangihe Talaud Hingga Utara Sorong.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Sulu, Teluk Siam, Laut Natuna Utara, Perairan Utara Kalimantan, Laut Andaman, Samudera Hindia Barat Daya Enggano, Samudera Pasifik Utara Biak Dan Laut Philipina

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan Dan Samudera Hindia Barat Aceh.

WARNING :

Potensi Hujan Lebat Disertai Petir Berpeluang Terjadi Di :

  • Perairan Timur Malaysia
  • Perairan Selatan Bangka Dan Sumatera Selatan
  • Samudera Hindia Barat Mentawai Hingga Barat Lampung
  • Perairan Selatan Jawa
  • Samudera Pasifik Utara Biak
  • Laut Philipina

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

SENIN, 23 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Selat Karimata, Perairan Utara Bangka, Perairan Timur Riau, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Hingga Selatan Lombok Dan Perairan Utara Sangihe Talaud.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Teluk Siam, Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Utara Jambi, Samudera Pasifik Utara Biak Hingga Utara Jayapura Dan Laut Philipina.

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan Dan Samudera Hindia Barat Laut Aceh Hingga Barat Nias.

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang.


SELASA, 24 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Teluk Siam, Selat Karimata, Perairan Utara Bangka, Perairan Timur Riau, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Hingga Selatan Bali, Perairan Utara Sangihe Talaud, Perairan Morotai, Perairan Biak Dan Perairan Jayapura

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Utara Jambi, Samudera Hindia Barat Laut Aceh Hingga Barat Nias, Samudera Pasifik Utara Biak Hingga Utara Jayapura Dan Laut Philipina.

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan.

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

RABU, 25 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Teluk Siam, Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Timur Riau, Selat Malaka, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Tengah Hingga Selatan Jawa Timur, Perairan Utara Sangihe Talaud, Perairan Morotai, Perairan Biak Dan Perairan Jayapura

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Samudera Hindia Barat Aceh, Samudera Hindia Selatan Lampung Hingga Selatan Jawa Barat, Teluk Karpentaria Dan Laut Philipina

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan.

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

KAMIS, 26 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Selat Malaka, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Barat, Laut Arafura Timur, Perairan Utara Sangihe Talaud, Perairan Morotai Dan Samudera Hindia Utara Biak Hingga Utara Jayapura.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Philipina

Rekomendasi (Peringatan Dini) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang. Sumber : BMKG

Bogor Akan Dilanda Badai

Diposting oleh FPBI di 00.53 1 komentar
Hujan Badai diperkirakan akan melanda wilayah Bogor awal Desember. Fenomena alam ini terjadi akibat terbentuknya awan konvektif (awan hujan) yang besar.

Berdasarkan penelitian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga, Bogor, hujan deras yang akan mengguyur wilayah Bogor disebabkan adanya pembentukan awan konvektif atau awan pembentuk hujan yang cukup besar serta adanya pertemuan angin dart arah tenggara dan utara.

Staf Analisa BMKG Dramaga, Eko Istianto, mengatakan, hujan yang akan mengguyur Bogor itu disertai angin kencang dengan kecepatan 25 knot atau sekitar 45 km per jam. Selain itu, petir juga akan terjadi sewaktu-waktu di Bogor, namun tidak merata. Sumber : Kompas

Hujan yang tergolong ekstrem tersebut, katanya, berpotensi terjadi sore, malam, hingga dini hari. Dampak dari hujan deras tersebut, wilayah Bogor diperkirakan akan mengalami genangan air dan air sungai meluap.

Pihak BMKG mengimbau masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor agar mewaspadai bencana banjir dan longsor. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai dan kawasan lereng perbukitan.

"Kami mengingatkan agar masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor yang tinggal di sekitar bantaran kali serta kawasan tebing untuk mewaspadai hujan deras yang disertai badai tersebut. Tingginya curah hujan dikhawatirkan akan membahayakan bagi keselamatan warga," ujar Eko, Kamis (19/11).


Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Dramaga, Alidia, menambahkan, saat ini wilayah Bogor sudah memasuki musim hujan sehingga berpeluang terjadi bencana banjir dan longsor.

Dia mengatakan, musim hujan yang di Bogor sudah dimulai sejak akhir Oktober lalu diperkirakan akan berlangsung hingga Maret mendatang.

Wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, kata Alidia, termasuk dalam nonzom atau wilayah di mana musim hujan dan kemarau tidak terlihat perbedaannya. "Perbedaannya hanya dalam hal tinggi rendahnya curah hujan. Jika musim hujan datang, curah hujan di wilayah ini jauh lebih tinggi, yakni lebih dari 50 milimeter," katanya.

Adapun kawasan yang masuk dalam zona rawan bencana banjir adalah wilayah Gunung Putri dan sepanjang bantaran Kali Ciliwung.

"Kedua kawasan itu berpotensi banjir dengan intensitas cukup besar karena curah hujan tinggi, sementara daya tampung sungai tak memadai," katanya.

Sementara itu, titik atau zona rawan longsor umumnya di kawasan perbukitan, seperti di wilayah Puncak, Cibodas, Cisarua, dan Ciawi.

Alidia mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut tak mengendurkan kewaspadaan. Sumber : Kompas.com

Rabu, 18 November 2009

Waspada Rabies

Diposting oleh FPBI di 22.26 0 komentar
Rabies menyerang korbannya tanpa ampun. Sekali menyerang, penyakit itu akan membuat korbannya merasakan penderitaan berat berujung kematian kalau tidak ditangani secara tepat.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, hampir 100 persen korban rabies meninggal dunia.

Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan hewan penular, kebanyakan anjing, akan berkembang di otot sekitar gigitan, kemudian menyerang susunan syaraf tepi lalu bergerak ke otak.

Setelah sampai di otak, virus yang termasuk ke dalam famili Rhabdovirus dan genus Lyssa virus itu, akan menyebar ke jaringan-jaringan lain secara cepat sehingga kebanyakan korban tak menyadarinya. Sumber : Antara News

Gejala serangan virus berbentuk peluru itu, menurut Tjandra, rata-rata muncul dalam waktu 2-8 minggu sampai dua tahun dengan empat stadium manifestasi klinis.

"Ada empat stadium manifestasi klinis, tapi seringkali susah dibedakan karena penyakit ini berkembang dengan cepat," katanya.

Tanda yang kemungkinan tampak jelas, lanjut dia, umumnya berupa rasa nyeri pada bekas luka gigitan, takut air (hydrophobia), takut angin (aerophobia), takut cahaya (photophobia) dan takut suara keras.

Kondisi itu akan membuat penderita menjadi bereaksi secara berlebihan terhadap lingkungan sekitarnya serta menjadi mudah sedih, gelisah, dan marah.

Lama kelamaan, penderita akan merasa sesak seperti tercekik kemudian sedikit demi sedikit tidak bisa lagi merasakan tubuhnya sampai tidak lagi bernafas.

Aisyah bersyukur putri ketiganya, Tika, tidak harus mengalami penderitaan berat itu setelah digigit anjing penular rabies tanggal 16 Februari lalu.

Gigitan anjing gila sepanjang delapan sentimeter dengan dalam tiga sentimeter dari pipi hingga ujung bibir itu hanya meninggalkan bekas luka yang menjadi keloid pada wajah putri kecilnya yang kini berusia 3,5 tahun.

"Dia cuma jadi takut melihat anjing tetangga. Dua kakaknya juga ," kata istri almarhum Anda yang tinggal di Kampung Wates, Desa Godog, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut tersebut.

Kejadian itu tidak menyebabkan putrinya mengalami penderitaan berat karena setelah tergigit anjing, Tika langsung dibawa ke Puskesmas dan ditangani dengan baik oleh petugas kesehatan.

Petugas langsung mencuci luka pada pipi dan ujung bibir Tika dengan air mengalir selama sepuluh menit dan memberinya antiseptik.

Tika juga diberi Vaksin Anti-Rabies (VAR) pada hari pertama tergigit serta tujuh hari dan 21 hari sesudahnya.

"Dulu sempat rewel sedikit, mungkin karena lukanya. Sekarang tidak lagi, sudah baik," kata Aisyah sambil menggendong Tika dan boneka kecilnya yang berambut pirang.

Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat bata dengan penghasilan Rp10 ribu per hari itu hanya masih harus rutin membawa Tika ke Puskesmas untuk kontrol.

"Diminta datang untuk periksa tiap enam bulan sampai dua tahun," kata Aisyah yang sore itu mengenakan baju merah muda dan kerudung hitam.

Menyebar Luas

Tjandra mengatakan, hingga kini penyakit rabies masih dilaporkan terjadi di 24 dari 33 provinsi di Indonesia.

Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies tercatat sebanyak 19.625 kasus pada 2007 dan naik menjadi 21.245 kasus pada 2008 sementara jumlah pasien rabies bertambah dari 104 orang pada 2007 menjadi 122 orang pada 2008.

"Pasien rabies, yang biasa disebut Lyssa, jumlahnya rata-rata 100 orang per tahun. Terlihat tidak besar. Tapi masalahnya, tingkat kematian akibat penyakit ini hampir 100 persen," katanya.

Penyakit yang kebanyakan menular melalui gigitan anjing itu juga masih menimbulkan kejadian luar biasa penyakit di Provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat tahun 2003 dan Banten pada akhir tahun 2007 dan Kabupaten Badung, Bali, pada bulan November 2008.

Hanya sembilan provinsi yang dinyatakan bebas rabies yakni Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, dan Papua.

Pemerintah, lanjut Tjandra, melakukan berbagai upaya untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh virus rabies tersebut dan menargetkan seluruh daerah bebas rabies pada 2015.

Upaya pemberantasan rabies antara lain dilakukan dengan menerapkan program pengendalian terpadu lintas sektor, membangun "Rabies Center" untuk mempercepat penanganan kasus, melindungi kelompok berisiko dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanggulangan.

Langkah pemberantasan rabies terpadu antara lain dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, pendataan dan registrasi anjing, vaksinasi dan depopulasi anjing, observasi hewan, pengamatan dan penyidikan penyakit serta pengawasan lalu lintas hewan penular rabies.

Menurut Direktur Kesehatan Hewan pada Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Agus Wiyono, pencegahan penularan rabies pada anjing mesti diintensifkan mengingat 90 persen penyakit rabies menular melalui gigitan anjing dan hanya 10 persen yang menular melalui gigitan hewan lain seperti anjing dan kera.

Ia menjelaskan, cara paling efektif untuk mencegah penularan rabies pada anjing adalah dengan melakukan vaksinasi antirabies pada anjing, memusnahkan anjing-anjing liar dan memperketat pengawasan lalu lintas anjing.

Pengawasan lalu lintas hewan penular ini penting karena penyebaran rabies sebagian besar terjadi karena masuknya hewan penular dari daerah lain.

Ia mencontohkan, wabah rabies terjadi di Bali yang sebelumnya tidak memiliki sejarah kasus rabies pada 2008.

Hal itu, menurut dia, kemungkinan terjadi karena masuknya anjing-anjing penular rabies bersama nelayan tradisional dari Pulau Flores.

"Flores sebelumnya juga bebas rabies. Hanya baru-baru ini kasus rabies muncul. Penularannya diduga berasal dari Sulawesi karena jenis virusnya sama dengan virus rabies yang ada di Sulawesi," jelasnya.

Agus mengatakan, pemerintah telah membangun pusat-pusat pengawasan lalu lintas hewan dan karantina hewan untuk mencegah penyebaran hewan-hewan penular rabies meski cakupannya belum menyeluruh.

Kemampuan pemerintah, lanjut Agus, dalam hal ini masih terbatas karena masalah-masalah klasik seperti kurangnya pendanaan dan sumber daya.

Agus berharap selanjutnya pemerintah daerah dan anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam upaya pemberantasan penyakit ini.

Masyarakat bisa berpartisipasi dengan tidak membiarkan anjing-anjing bebas berkeliaran di jalanan dan memberikan vaksinasi anti rabies pada anjing peliharaan.

"Mereka sebaiknya belajar mengenali anjing penular rabies dan apa yang harus dilakukan jika terlanjur tergigit," katanya.

Anjing yang terinfeksi virus rabies, jelas Agus, bermata merah, mengeluarkan banyak air liur, agresif, berdiri kaku dengan ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya serta menyerang orang, hewan dan benda yang bergerak.

"Jika menemukan anjing yang dicurigai rabies, sebaiknya segera melapor ke dinas peternakan atau membunuhnya kemudian membawa kepalanya ke dinas supaya bisa diobservasi," katanya serta menambahkan anjing yang terinfeksi rabies tidak hidup lama.

Ia menambahkan, pembunuhan anjing sebaiknya dilakukan dengan mengenakan perlengkapan pelindung seperti masker, tutup kepala, dan sarung tangan untuk mencegah penularan.

Apabila anjing terlanjur menggigit, Tjandra menjelaskan, korban gigitan sebaiknya dicuci lukanya dengan sabun pada air mengalir selama 10 menit hingga 15 menit kemudian diberi desinfektan.

"Kemudian dibawa ke sarana pelayanan kesehatan atau Rabies Center supaya mendapat perawatan sesuai standar, termasuk diberi vaksin anti rabies bila ada indikasi," katanya.

Hal-hal yang terlihat sepele itu, menurut dia, bisa menyelamatkan nyawa manusia dari serangan virus yang bisa bertahan hidup berbulan-bulan pada suhu minus empat derajat Celsius itu.

Selasa, 10 November 2009

Gunungapi Batur Naik Status Waspada (Level II)

Diposting oleh FPBI di 04.56 0 komentar

Gunungapi Batur terletak di P. Bali pada posisi geografis 08°14' 30” Lintang Selatan dan 115°22' 30” Bujur Timur . Secara administratif Desa Panelokan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Ketinggian G. Batur berada pada ± 1717 m di atas muka laut .
Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai tahun 1804 dan terakhir pada tanggal 7 Juli tahun 2000. Sejak tahun 1800 Gunungapi Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali kejadian dengan waktu istirahat antar periode letusan 1 s/d 39 tahun. Letusan G. Batur umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strombolian. Karakteristik letusan terakhir pada 7 Juli 2000, memperlihatkan kejadian lontaran piroklastik berukuran abu, lapili dan bongkah tersebar pada radius ± 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi ± 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas vulkanik Gunungapi Batur purna letusan Juli 2000 berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.

Berdasarkan Kegempaan

Berikut disampaikan hasil pengamatan kegempaan yang terjadi di G. Batur dari September 2009 hingga 8 Nopember 2009:



- September 2009, terekam 21 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 1 – 12 mm, S-P 0.5 – 4 detik, dan lama gempa 1.5 – 12 detik 11 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 1.5 – 23 mm dan lama gempa 2 – 40 detik; 13 kali kejadian kejadian Gempa Low Frekuensi, 1 kali kejadian Gempa Tektonik Lokal, 103 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh.
- Oktober 2009, terekam 28 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 1 – 7 mm, S-P 0.5 – 4 detik, dan lama gempa 5 – 52 detik; 20 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 1.2 – 22 mm dan lama gempa 5 – 50 detik; 15 kali kejadian Gempa Low Frekuensi ; 2 kali kejadian Gempa Tektonik Lokal, 122 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh.
- 1 Nopember 2009 – 7 Nopember 2009, dalam kurun waktu 7 hari terekam 12 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 2 – 9 mm, S-P 1.5 – 3 detik, dan lama gempa 35 – 142 detik; 7 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 5 – 11 mm dan lama gempa 21 – 40 detik; 7 kali kejadian Gempa Low Frekuensi, Gempa Tektonik Lokal nihil dan 20 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh.
- 8 Nopember 2009, hingga pukul 18:30 WITA tercatat 5 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 53 kali kejadian Gampa Vulkanik Dangkal (VB)


Pengamatan Visual
- Sejak bulan September hingga awal Nopember 2009 kegiatan G. Batur secara visual dicirikan oleh hembusan asap solfatara dari kawah – kawah yang berada dipuncak G. Batur.


Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Sejak September hingga 7 Nopvember 2009, aktivitas kegempaan G. Batur cenderung menunjukan peningkatan dan pada 8 Nopember hingga pukul 18 :30 WITA, kejadian Gempa Vulkanik meningkat secara signifikan.
2. Berdasarkan hasil analisis pemantauan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 Nopember 2009 pukul 20:00 WITA status kegiatan G. Batur dinaikan dari ”Normal” ke “Waspada”.

Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Batur dan kami tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat.

Dengan status Waspada G. Batur, maka kami rekomendasikan :
1. Masyarakat/ Wisatawan tidak mendaki puncak G. Batur.


2. Masyarakat di wilayah Provinsi Bali harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang letusan G. Batur serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dan senantiasa mengikuti arahan Satlak PB dan Satkorlak PB setempat.

Untuk Informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Batur di Desa Panelokan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli (Provinsi Bali). Sumber : PVMBG

Selasa, 03 November 2009

Gunungapi Kaba Status Waspada

Diposting oleh FPBI di 05.30 0 komentar
Gunung Kaba pernah aktif karena dipicu gempa tektonik. Kini status gunung berketinggian 1952 mdpl di Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, ini naik dari normal (level I) menjadi waspada (level II).

"Ada peningkatan aktivitas gempa vulkanik dalam beberapa hari ini, namun belum menunjukkan aktivitas yang signifikan. Status Gunung Kaba dinaikkan dari normal menjadi waspada," kata Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendrasto di Bandung, Rabu (21/10).

Peningkatan status Gunung Kaba dilakukan sejak Selasa 20 Oktober. PVMBG langsung menurunkan Tim Tanggap Darurat ke Posko Pemantauan Gunung Kaba di Bengkulu.

Menurut Hendrasto, pusat erupsi (letusan gunung api) atau kegiatan vulkanik gunung itu sering berpindah-pindah, dicirikan oleh adanya kawah-kawah yang terdapat pada puncak. Di puncak itu tumbuh kerucut-kerucut kecil dan pusat erupsi masih menunjukkan tanda-tanda kegiatan gunung api.

"Erupsi terakhir Gunung Kaba terjadi pada 26 Maret 1952. Saat itu ditandai dengan abu letusan dan terdengar suara gemuruh," tutur Hendrasto.

Pada tahun 2000 juga terjadi peningkatan kegiatan kegempaan gunung Kaba yang dipicu gempa tektonik Bengkulu yang berkekuatan 7,8 skala Richter pada 4 Juni 2000. Sumber : Inilah.com, PVMBG

Selasa, 08 September 2009

Bandara Minangkabau Rentan Banjir

Diposting oleh FPBI di 21.24 0 komentar
Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Ketaping Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar) dinilai rentan banjir sehingga diperlukan upaya-upaya mengatasi ancaman itu sejak dini.

BIM rentan banjir karena dibangun pada kawasan pesisir pantai yang ketingginya sangat rendah dari permukaan laut, kata anggota DPRD Sumbar dari daerah pemilihan Padang Pariaman, Djonimar Boer kepada ANTARA di Padang, Senin.

Karena itu, pemerintah wajib melakukan upaya untuk mengatasi ancaman banjir yang bisa menganggu aktifitas di BIM nanti, tambahnya.

Dalam hal ini, anggota DPRD Sumbar dari daerah pemilihan Padang Pariaman mendukung pelaksanaan proyek pembangunan irigasi pengendalian banjir Batang Anai dan Batang Kandis yang dapat menyelamatkan BIM dari ancaman banjir.

Dukungan ini, bukan semata-mata untuk mengamankan BIM dari banjir tetapi lebih dari itu ditujukan untuk mengatasi ancaman serupa terhadap kawasan pertanian, perkebunan dan pemukiman warga yang ada di sepanjang sisi aliran dua sungai itu, kata Djonimar.

Sementara itu, Gamawan Fauzi mengatakan, pembangunan irigasi pengendalian banjir Batang Anai dan Batang Kandis memang salah satunya ditujukan untuk mengamankan BIM dari ancaman banjir.

Proyek ini bagian dari pembangunan pengendalian banjir Kota Padang tahap III, tambahnya.

Pembangunan itu dilakukan dengan menormalisasi aliran Sungai Batang Anai yang ada di Kabupaten Padang Pariaman dan Batang Kandis di Kota Padang.

Kemudian, pekerjaan konstruksi peningkatan kapasitas Batang Anai sepanjang 12 Kilometer, Batang Kandis 3,1 Kilometer, termasuk didalamnya Sungai Batang Kasang 4,1 Kilometer.

Setelah proyek pengendalian banjir ini rampung diharapkan areal BIM seluas 500 hektar akan aman dari ancaman banjir, katanya.

Selain BIM, irigasi pengendalian banjir itu juga untuk mengamankan areal seluas 6.000 hektar dari genangan banjir yang terdiri dari kawasan pertanian 13,50 hektar, permukiman 3.500 hektar dan kawasan industri 650 haktar.

Proyek ini diperkirakan membutuhkan dana mencapai Rp884,8 miliar bersumber dari pemerintah pusat, daerah dan bantuan asing.Sumber : Antara

Rekomendasi Gempa Jabar 7,3 SR

Diposting oleh FPBI di 02.53 0 komentar

Laporan singkat hasil penyelidikan lapangan Tim Tanggap Darurat Gerakan Tanah di Wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, adalah sebagai berikut :

1. Lokasi bencana dan waktu kejadian:

Lokasi bencana alam terletak di Kampung Babakan Caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis gerakan tanah terletak pada koordinat 107°10' 37" BT; 07° 19'5" LS. Kejadian bencana gerakan tanah dipicu oleh gempa bumi dengan intensitas 7,3 SR pada hari Rabu tanggal 2 September 2009 jam 14,55 WIB.

2. Dampak bencana yang tercatat di Posko Desa Cikangkareng:

  • 47 orang hilang,
  • 12 orang meninggal dunia (sudah ditemukan)
  • 12 rumah, 1 toko dan 1 masjid hancur tertimbun.
  • 85 rumah rusak berat
  • 167 rumah rusak ringan


3. Kondisi Daerah Bencana:

  • Topografi daerah sekitar bencana mempunyai kemiringan lereng hampir tegak, dengan kemiringan lereng 80 - 90° dan di bawah gawir yang tegak terdapat pemukiman Kampung Babakan Caringin dengan morfologi landai hingga agak terjal dengan kemiringan 5 - 15°. Jenis gerakan tanah adalah runtuhan batuan dengan panjang 400 m, lebar 250 m dan arah N 80° E dan di sertai retakan di lereng bagian atas tebing perbukitan, dengan volume material gerakan tanah sekitar 1.500.000 m3..
  • Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sindangbarang (Koesmono, M, dkk, 1996 daerah bencana disusun oleh batuan Formasi Koloberes (Tmk) yang disusun oleh perlapisan batuan sedimen yang berupa batu pasir, tufa kristal, breksi tufaan dengan perlapisan sejajar, kurang mampat. Batuan tersebut telah terkekarkan dengan tanah pelapukan berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran berwarna coklat kemerahan dan akibat kemarau panjang tanah tersebut mengalami retak - retak.
  • Lereng bagian atas Kampung Cikangkareng telah mengalami retakan memanjang sepanjang 25 m dengan lebar 10 - 15 cm.

Berdasarkan Peta Zona kerentanan Gerakan tanah Jawa Barat (DVMBG, 2004) daerah bencana termasuk dalam zona potensi gerakan tanah tinggi, artinya daerah tersebut mudah terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh faktor curah hujan maupun gempa bumi dengan intensitas yang tinggi.

4. Faktor Penyebab:

Bencana gerakan tanah di daerah ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

  • Topografi daerah sekitar bencana mempunyai kemiringan lereng hampir tegak, dengan kemiringan lereng 80 - 90°, sedangkan pemukiman menempati daerah yang landai hingga agak terjal yang terletak dibawah tebing perbukitan yang tegak, sehingga jika daerah perbukitan mengalami longsoran maka daerah pemukiman tersebut akan berpotensi untuk terlanda material longsoran.
  • Adanya perselingan batuan yaitu batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan perlapisan mendatar yang telah mengalami pengkekaran sehingga ketika terjadi gempa dengan sekala 7,3 SR maka batuan yang telah terkekarkan mengalami goncangan sehingga terjadi runtuhan batuan dan materialnya meluncur ke daerah pemukiman.

5. Mekanisme Gerakan Tanah

Lereng yang tegak dan memanjang yang berada di sebelah Barat Desa Cikangkareng dibentuk oleh batuan batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan perlapisan mendatar dan batuan tersebut telah mengalami pengkekaran. Akibat kemarau panjang maka tanah pelapukan yang berada diatasnya yang berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran mengalai retak - retak. Dengan adanya gempa bumi dengan kekuatan 7,3 SR maka batuan yang telah terkekarkan tersebut mengalami goncangan sehingga batuan dan tanah yang berada diatasnya runtuh dan materialnya meluncur ke daerah pemukiman yang relatif landai.

6. Rekomendasi

Daerah di sekitar lokasi kejadian bencana gerakan tanah masih berpotensi terjadi gerakan tanah oleh karena itu direkomendasikan :

  • Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar kejadian gerakan tanah dan yang menghuni di lereng bagian bawah dari lereng yang sudah mengalami retakan harus selalu waspada, karena di daerah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan, terutama pada musim hujan.
  • Untuk merencanakan pemukiman baru maka harus memilih lokasi yang menjauhi tebing perbukitan yang tegak tersebut yang berjarak lebih dari 500 m dari ujung tebing bukit.
  • Segera menutup retakan yang terjadi dengan tanah lempung dan dipadatkan, agar air permukaan tidak masuk ke dalam tanah.
  • Agar melakukan penanaman pepohonan yang berakar kuat dan dalam pada sekitar daerah retakan.
  • Jika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi maka penduduk yang bermukim di Kp. Sukaresik dan Kp. Cikangkareng agar mengungsi ke tempat yang lebih aman yaitu menjauh dari tebing perbukitan yang lereng bagian atasnya sudah retak. Sumber : PVMBG

Senin, 31 Agustus 2009

Pertanian Organik Antisipasi El Nino

Diposting oleh FPBI di 02.02 0 komentar
RAMALAN datangnya El Nino yang bakal membawa kekeringan berkepanjangan pada 2010 butuh diantisipasi sejak dini. Untuk jangka pendek, tentu intensifikasi hasil pertanian ialah jawaban bagi kondisi stok pangan saat ini. Adapun jangka panjangnya, dibutuhkan kebijakan pertanian yang adaptif terhadap fenomena alam.

Adalah kelompok tani (klomtan) Rukun Tani asal Desa Karang Jambe, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang belakangan sibuk beralih ke sistem pertanian organik meski dampaknya hasil panenan mereka anjlok.

Toh, Purwoko, ketua klomtan, menuturkan bahwa puluhan petani dalam kelompok itu tidak lantas kecewa. "Meski dengan pertanian organik hasil panenan turun 1 ton, kami tidak kecewa karena sudah tahu sebelumnya bahwa ada risiko yang harus ditanggung," kata dia. Saat bergabung dengan program budi daya pertanian organik SRI (System of Rice Intensification) Departemen Pertanian, penyuluh sudah memberi tahu dan mengajak petani melakukan studi banding bahwa efek awal mengubah pola pertanian konvensional menjadi organik ialah penurunan produksi.

Dan, hasil nyata peralihan tersebut memang tidak bisa instan dan langsung memperoleh panenan banyak. Butuh waktu dua sampai tiga kali penanaman untuk mengembalikan hasil produksi cara organik sama atau bahkan melebihi cara konvensional.

Seusai studi banding, Purwoko bersama 38 anggotanya paham bahwa peralihan tersebut sama saja dengan mengubah tekstur tanah supaya lebih baik dan subur. Mereka juga belajar dari pengalaman petani lain yakni petani yang tergabung dalam Himpunan Petani Organik Banyumas (Hipormas).

Menurut Ketua Hipromas Sugeng Abdurrahman, hasil pertanian organik pada awal budi daya memang jauh menurun. Dengan luas tanam sekitar 1.750 m2 maka panen yang dihasilkan hanya 2,5 kuintal saja, sementara jika menggunakan bahan kimia anorganik panenan bisa mencapai 4 kuintal. Tetapi jangan kecil hati, setelah tahun kedua dan ketiga produktivitas bisa menyamai pertanian konvensional.

"Sebagai awal, tanah sawah yang akan diolah dengan cara organik setidaknya membutuhkan 5-6 ton pupuk kandang dicampur jerami. Tetapi setiap awal musim penggunaan pupuk justru semakin menurun jumlahnya, hingga mencapai 1-1,5 ton per hektare," ujar Sugeng.

Meski begitu, kalau petani konsisten, ke depannya kondisi petani organik lebih sejahtera daripada petani yang masih berkutat pada pertanian konvensional," ujar Sugeng.

Sugeng, misalnya, hanya dengan memiliki lahan seluas setengah bahu atau sekitar 3.500 m2, ia tidak menjadi `miskin'. Bahkan, sekarang hasil panennya melebihi para petani konvensional yang menggunakan pupuk dan obat kimia produksi pabrik.
"Sekarang setiap hektare panen saya bisa mencapai 6,2 ton. Kalau petani konvensional, rata-rata hanya mencapai 5,5 ton saja," ujarnya.

Irit air Tidak hanya itu, pertanian organik ternyata akan lebih adaptif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Misalnya saja, budi daya itu lebih sedikit membutuhkan air sehingga sangat cocok ketika menghadapi datangnya El Nino.

"Telah kami buktikan kalau pertanian organik itu tidak perlu membutuhkan air yang banyak. Misalnya, untuk pertanian konvensional butuh sekitar 5 hingga 10 sentimeter (cm) air untuk menggenangi tanaman padinya. Kalau pertanian organik, cukup hanya 1 cm saja. Bahkan, pada masa pertumbuhan, yang penting basah tanahnya," kata Purwoko.

Selain itu, dengan pertanian organik petani tidak perlu lagi membeli pupuk anorganik atau pestisida kimia. Mereka dapat memanfaatkan jerami atau pupuk kandang untuk diproses menjadi pupuk organik.

Ketika menghadiri panen perdana padi organik SRI di Desa Karang Jambe tersebut, Direktur Pengelolaan Lahan pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian, Amir Hartono, juga menyatakan pertanian organik menjadi salah satu solusi cara pertanian dalam menghadapi perubahan iklim.

"Cara pertanian organik itu memang irit air. Dari kajian dan pengalaman yang ada, pengiritan air irigasi bisa sampai 40% jika dibandingkan dengan pertanian konvensional," tambahnya. Sumber : Media Indonesia.

Rabu, 26 Agustus 2009

Gelombang Merauke Capai 3 Meter

Diposting oleh FPBI di 05.06 0 komentar
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan tinggi gelombang di perairan Merauke mencapai 2-3 meter sepanjang Rabu (26/8) pagi hingga malam nanti.

BMKG yang prakiraannya dipantau di Jayapura, Rabu (26/8) pagi, menyebutkan, gelombang dengan tinggi yang sama juga berpeluang terjadi di perairan utara Aceh, perairan Bengkulu hingga barat Lampung serta perairan selatan Banten hingga Jawa Tengah. Sementara itu, berkaitan dengan cuaca, BMKG memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai hujan deras disertai kilat dan angin kencang yang berpeluang terjadi pada Rabu (26/8), di Papua tengah dan Papua timur bagian utara serta Papua Barat.

Peringatan yang sama juga berlaku untuk daerah Maluku bagian utara dan tengah, Sulawesi bagian utara dan tengah, Kalimantan Tengah bagian utara, Kalimantan Timur, Sumatera bagian utara dan tengah serta pesisir barat Sumatera. Sementra itu antara Kamis (27/8) hingga Jumat (28/8) hujan deras disertai angin kencang dan petir mungkin terjadi di Papua Tengah dan Papua Timur bagian utara, Papua Barat serta Maluku bagian utara dan tengah.

Selanjutnya di Sulawesi bagian utara dan tengah, Kalimantan Timur, Sumatera bagian utara dan tengah serta pesisir barat Sumatera bagian utara dan tengah. Adapun antara Sabtu (29/8) sampai Senin (31/8), BMKG memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai hujan deras disertai angin kencang dan kilat yang berpeluang terjadi di Papua Tengah dan Papua Timur bagian utara, Papua Barat serta Maluku bagian tengah. Berikutnya di Sulawesi bagian tengah dan tenggara, Jawa bagian barat, Kalimantan Timur, Sumatera bagian utara dan tengah serta pesisir barat Sumatera.

Adapun prakiraan cuaca Selasa hingga Kamis (27/8) di sejumlah daerah di Papua menunjukkan peluang hujan dan berawan. Hujan ringan diperkirakan terjadi di Jayapura dan Biak dengan suhu berkisar 24-32 derajat selsius. Di Manokwari, hujan ringan diprediksikan turun dengan suhu minimum 25 derajat dan maksimum 31 derajat. Sementara hujan sedang dengan suhu 24-31 derajat mungkin terjadi di Sorong. Adapun cuaca berawan berpeluang terjadi di Merauke dengan suhu rata-rata 22-31 derajat selsius. Sumber : Media Indonesia

Minggu, 12 Juli 2009

Indonesia : 24 Pasien Baru Flu Babi

Diposting oleh FPBI di 12.37 0 komentar
Pemerintah Indonesia mendapati 24 pasien baru positif flu babi yang tersebar di berbagai wilayah.

Dan sepuluh diantara pasien tersebut tidak memiliki catatan pernah perjalanan ke luar negeri sebelumnya. Bertambahnya pasien flu babi antara lain karena penularan antar manusia. Dengan demikian total pasien positif H1N1 menjadi 52 orang.

Departemen Kesehatan menyebutkan kasus penularan virus H1N1 di Indonesia saat ini sudah terjadi dari manusia ke manusia.

Pengawasan

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan virus ini sebenarnya tidak mematikan dan bisa disembuhkan. Namun demikian pemerintah tetap melakukan pengawasan dengan menempatkan alat deteksi suhu tubuh di berbagai pintu masuk pelabuhan dan bandar udara serta menyiapkan pil tamiflu.

Dia mengatakan sampai saat ini belum ditemukan kasus virus H1N1 yang dibarengi dengan H5N1 atau lebih dikenal dengan flu burung. Sejauh ini pemerintah Indonesia tidak menetapkan status siaga terhadap daerah tertentu yang mempunyai angka kasus H1N1 cukup tinggi.

Dalam temuan terakhirnya Departemen Kesehatan mencatat terdapat 6 pasien yang dirawat di Jakarta. Dan di Indonesia kini seluruhnya terdapat 10 pasien baru positif H1N1 yang sebelumnya tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

Mereka kemungkinan tertular saat berada di dalam negeri. Departemen Kesehatan memperkirakan masih ada kemungkinan jumlahnya bertambah karena sebagian belum melaporkan atau tidak tercatat.

Badan Kesehatan Dunia, WHO masih mengenakan status pandemik global terhadap penyebran virus ini. Lembaga ini juga menyebutkan virus ini sudah tidak lagi bisa ditangani dengan pil tamiflu karena virusnya sudah resisten terhadap obat tersebut.

Dalam situs resminya ada WHO menyebutkan sekitar 94 ribu kasus flu babi di seluruh dunia yang sudah dikonfirmasi, 429 orang diantaranya meninggal dunia.Sumber : BBCIndonesia

Kamis, 18 Juni 2009

Kebutuhan Peta Bencana Berbasis GIS

Diposting oleh FPBI di 22.30 4 komentar
Bagaimana kita melakukan aksi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) atau melakukan aksi tanggap bencana (Siaga Bencana) tanpa peta kawasan rawan bencana? Hal yang ironi bagi penangulangan bencana di Indonesia, pelaksanaan aksi di lapangan yang mempunyai kawasan luas dan multi persepsi tanpa peta. Seperti orang buta.

Ketersediaan peta bencana di Indonesia masih jauh dari harapan, diperlukan Pusat Pemetaan Bencana di Indonesia!. Banyak lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang mempunyai program pemetaan tetapi hasilnya masih menimbulkan multi persepsi.


Peta Bencana Berbasis SIG
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, yang mana secara spasial mengacu pada keadaan bumi. Dalam kondisi yang khusus sistem komputer yang handal dalam mengintegrasikan, menyimpan, mengedit, menganalisa, membagi data menampilkan informasi geografi yang diacu. Pada kondisi yang lebih umum, SIG adalah cara yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa informasi spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang mengkombinasikan antara penerapan dengan sistem.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat yang dapat mendukung penetapan keputusan dalam semua fase siklus bencana. Dengan kata lain adalah suatu kata yang menjelaskan tentang semua jenis item dari data yang hendaknya mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi terhadap suatu lokasi atau dapat diukur dalam hal koordinat geografis. Pada awalnya focus dari SIG adalah terutama pada respon bencana. Dengan perubahan paradigma aturan manajemen bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga prediksi dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan menghasilkan keberhasilan penanganan bencana. Aturan yang dikembangkan termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan sejumlah keahlian tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat bertindak sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana.
SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan komunitas korban bencana. Karena SIG adalah teknologi yang tepat guna yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata dalam melakukan analisis keruangan. SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analsis spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagi bidang organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis.
Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan asset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses pembuatan keputusan.

Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan Basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi, proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko dengan potensi bahayanya, proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, untuk mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan, langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika bencana menyerang. Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, [obat/ kedokteran] dan lain lain misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.

Sabtu, 13 Juni 2009

FLU BABI NAIK JADI PANDEMI

Diposting oleh FPBI di 02.39 0 komentar
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memastikan ke negara anggotanya mengenai peningkatan status flu babi sebagai pandemi, Kamis (11/6). Wabah flu global pertama dalam 41 tahun ini dideklarasikan saat infeksinya berkembang di AS, Eropa, Australia, Amerika Selatan serta beberapa wilayah lainnya.

WHO memutuskan untuk meningkatkan level peringatan pandemi dari fase 5 menjadi 6 atau siaga tertinggi yang dideklarasikan seusai rapat darurat dengan beberapa pakar flu. Ketua WHO Dr. Margaret Chan akan menyampaikan pengumuman resmi tentang kondisi flu babi pandemi hari ini.

Ketetapan flu babi sebagai pandemi seperti yang telah lama diantisipasi merupakan konfirmasi ilmiah bahwa virus jenis baru telah muncul dan dengan cepat beredar di seluruh dunia. Ketetapan ini juga memicu produsen obat untuk mempercepat produksi vaksin antiflu babi dan menekankan pemerintah dari seluruh negara untuk menyisihkan dana lebih besar guna mengatasi masalah ini.

"Pada tahap awal, pandemi dapat digolongkan sebagai wabah global dengan keseriusan pada tahap menengah,' jelas WHO dalam sebuah pernyataan. Dengan kesimpulan itu, WHO meminta semua negara untuk tidak menutup perbatasan atau membatasi perdagangan maupun perjalanan warga negaranya.

Produsen vaksin flu seperti GlaxoSmithKline PLC dan Sanofi-Aventis telah berupaya memproduksi vaksin flu babi sejak bulan lalu. Juru bicara GlaxoSmithKline, Stephen Rea, menekankan, perusahaannya siap untuk memproduksi vaksin antiflu babi dalam jumlah besar segera setelah perusahaan ini mengakhiri produksi vaksin antiflu reguler Juli nanti.

Hingga Rabu (10/6), WHO mencatat 74 negara telah melaporkan 27.737 kasus flu babi yang menelan hingga 141 korban jiwa. WHO menekankan sebagian besar kasus terbilang ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, kekhawatiran yang meluas adalah timbulnya infeksi baru yang dapat membuat kewalahan sejumlah rumah sakit dan petugas kesehatan terutama di negara- negara miskin. Sumber : Kompas.com

Minggu, 07 Juni 2009

WHO: Pertemuan Darurat Flu Babi

Diposting oleh FPBI di 05.45 0 komentar
Badan Kesehatan Dunia (WHO) hari Jumat mengadakan pertemuan darurat komite ahli flu untuk menentukan apakah badan itu akan mengumumkan tingkat pandemik tertinggi, kata seorang jurubicara.

Jumlah kasus flu babi melonjak menjadi 21.939 dan WHO sejauh ini belum mengumumkan tingkat pandemik tertinggi flu tersebut setelah menaikkan bahaya penyakit itu ke tingkat lima pada akhir April, yang mengisyaratkan bahwa pandemik akan terjadi dengan tingkat bahaya tertinggi enam.

Sedangkan penderita positif flu babi di Australia Jumat malam sudah berjumlah 1.006 orang atau meningkat sebanyak 504 orang dalam dua hari terakhir. Di negara bagian Victoria yang menjadi episentrum wabah flu A H1N1 yang sudah menewaskan sedikitnya 125 orang di dunia ini, jumlah penderita melonjak dari 395 orang menjadi 874 orang, demikian data Departemen Kesehatan Pemerintah Federal Australia di Brisbane.

Jumlah penderita terbesar kedua di Australia ditemukan di New South Wales (NSW) yakni 75 orang, disusul Queensland (32), Australia Selatan (9), Tasmania (6), Australian Capital Territory (5), Northern Territory (3) dan Australia Barat (2).
Departemen Kesehatan Australia mencatat ada kenaikan jumlah penderita flu babi di Victoria sebanyak 122 orang dalam sehari namun tidak dijelaskan pemicu utama terjadinya lonjakan yang demikian tinggi di negara bagian berpenduduk 5,2 juta jiwa itu.

Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan obat-obatan anti-viral, pemerintah federal Australia telah pun membeli 1,6 juta paket anti-viral Relenza guna memperkuat pasokan obat-obatan nasional. Dengan demikian Australia kini memiliki stok 10,3 juta obatan-obatan antiviral flu, termasuk Tamiflu.
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan ancaman wabah flu babi 24 April lalu, sudah ada 62 negara yang terjangkit dengan 21.940 kasus dan jumlah penderita yang meninggal mencapai sedikitnya 125 orang.
Dengan terus meluasnya flu H1N1 di Inggris, Spanyol, Jepang, Chile dan Australia telah menggerakkan dunia lebih dekat ke kesiapsiagaan tertinggi wabah virus itu, seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia WHO) mengatakan,
"Ada sejumlah negara yang tampaknya berada pada transisi, bergerak dari kasus-kasus yang berkaitan dengan perjalanan ke tipe perluasan pada masyarakat yang lebih menetap," Keiji Fukuda, penjabat asisten direktur jenderal WHO, mengatakan pada wartawan dalam konferensi jarak jauh.

Menurut perhitungan terakhir WHO, virus flu baru yang dikenal sebagai flu babi itu telah ditemukan di 64 negara, dan tetap paling merata di Amerika Utara. Laboratorium WHO telah mengkonfirmasi hampir 19.000 infeksi termasuk di 117 orang yang telah meninggal. Sumber : antara.com

Sabtu, 30 Mei 2009

Gunung Bawah Laut Di Sumatera

Diposting oleh FPBI di 11.59 1 komentar
Penelitian yang dilakukan pasca tsunami Aceh 2004 oleh Tim Peneliti Gabungan BPPT, LIPI, PVMBG, CGG Veritas dan IPP (institut de Physique du Globe, Perancis) pada 9-27 Mei 2009 telah menemukan gunung api bawah laut (seamount) berada di posisi dengan jarak 330 kilometer arah barat dari Kota Bengkulu, Sumatera. Gunung tersebut memiliki ketinggian kurang lebih 4.600 meter pada kedalaman 5.900 meter. Kedalaman puncak dari gunung api ini berada pada kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut. Gunung ini mempunyai lebar sekira 50 kilometer.

Demikian dilansir dari AFP, Minggu (30/5/2009). Menurut pakar geologi kelautan Indonesia Yusuf Surahman gunung itu ditemukan awal Mei ini saat melakukan pemetaan seismik dasar laut. "Kelihatannya seperti sebuah gunung berapi karena bentuk kerucutnya, tapi mungkin juga bukan. Kami harus menyelidikinya lebih lanjut," tutur Yusuf.

Pemetaan seismik survei geologi ultra-deep diadakan atas kerjasama dengan ilmuwan Prancis dan perusahaan Geofisika CGGVeritas. Tujuannya mendapatkan gambaran batas lempeng litosfer bawah laut dan perubahan dasar laut di pusat gempa yang menimbulkan tsunami Aceh tahun 2004.
Penemuan gunung bawah laut ini masih menimbulkan kontroversi. Beberapa pihak mensinyalir bahwa gunung tersebut dapat mengalami letusan dan meminimbulkan gempa serta tsunami. Namun pihak lainnya memastikan gunung raksasa bawah laut yang ditemukan di perairan Sumatera tidak akan meletus dan tidak menyebabkan bencana tsunami.
"Saya berani jamin gunung itu tidak akan meletus," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono. Namun begitu, tentu saja dengan adanya temuan ini harus terus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perkembangannya.

Kabar ditemukannya gunung api raksasa di bawah laut perairan Sumatera cukup menggemparkan namun juga bisa dijadikan peringatan dini terhadap kemungkinan bahaya gempa maupun tsunami. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengingatkan agar temuan itu bisa menjadi perhatian besar bagi semua pihak. "Ini temuan luar biasa di mana bisa menjadi perhatian besar bagi kita semua, apalagi jika meletus, bisa menyebabkan tsunami," kata Surono Kepala PVMBG. Sebagai informasi, Surono mencontohkan beberapa gunung api aktif bawah laut di Indonesia seperti Gunung Submarin di Sulawesi Utara yang meletus pada 1922. Menurut PVMBG gunung bawah laut (seamount) ini memecahkan rekor sebagai gunung terbesar di Indonesia.

Ia memprediksi, gunung api yang ditemukan itu sebelumnya pernah beberapa kali meletus sehingga material-material letusannya membuat gunung itu semakin besar seperti sekarang ini.

Menurut Surono, para peneliti harus meneliti lebih lanjut untuk mengetahui kepastian gunung berapi itu, seperti tingkat keaktifan magmanya, memiliki lubang pada bagian atasnya sebagai tempat untuk keluar letusan dan lainnya.

Bila gunung itu merupakan gunung berapi, lanjut Surono, akan sangat berbahaya bila meletus. Gunung api yang berada di tengah laut itu bisa menimbulkan gelombang besar di permukaan laut, bahkan tsunami. Oleh sebab itu, perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi hal itu.

“Para peneliti juga harus melakukan pengawasan dan pemantauan mengenai kondisi gunung tersebut serta membuat peta rawan bencana di sekitar gunung itu sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Namun masyarakat diimbau untuk tidak panik atau mengkhawatirkan bakal meletusnya gunung raksasa di bawah laut di perairan Sumatera sehingga menyebabkan bencana tsunami. Gunung raksasa bawah laut di perairan Sumatera sebenarnya tidak hanya satu, melainkan dua. Dipastikan gunung itu sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan sudah diketahui warga. Gunung tersebut bukan berada di jalur vulkanik tapi di jalur kerak samudra dan berada di bagian dalam zona subduksi seperti hot spot.

Dua gunung di Sumatera, yakni Gunung Kerinci dan Gunung Talang, saat ini sedang berfluktuasi, namun hal ini dipastikan tidak ada kaitan dan tidak akan mempengaruhi aktivitas gunung raksasa bawah laut yang baru ditemukan di perairan Sumatera. Seperti diketahui, hingga saat ini Gunung Kerinci masih berfluktuasi dan mengeluarkan abu yang berasal dari kawah setinggi 500 meter. Penyebaran abu tersebut hingga radius 10 kilometer.
Bahkan beberapa waktu lalu ada beberapa binatang di sekitar gunung turun ke bawah. Menurut Kepala Penjaga Gunung Kerinci, Heru Prasetyo, hal itu merupakan tanda-tanda ada aktivitas Gunung Kerinci yang menimbulkan hawa panas. "Binatang itu mencari lokasi yang berhawa lebih dingin. Tapi itu belum tentu gunung akan meletus," katanya.

"Kebetulan saja memang satu jalur, tapi gerakan yang dilakukan oleh aktivitas Kerinci dan Talang tidak ada kaitannya dengan gunung berapi di dasar laut. Jadi warga tidak perlu cemas karena itu hanya berupa informasi saja dan menambah pengetahuan," Ketua Ikatan Ahli Geologi Sumatera Barat Ade Edward.

Para ilmuwan selama ini berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai lempeng benua di kawasan itu yang menjadi pusat gempa dahsyat yang kemudian menimbulkan tsunami dalam tahun 2004. Ada siklus gempa 200 tahunan di perairan bawah laut Sumatera. Inilah yang kemudian diteliti para ahli geologi pascagempa dan tsunami Aceh. Mereka pun menemukan satu gunung besar di bawah laut perairan barat Sumatera. Gunung itu ditemukan di zona ring of fire. Sebelumnya, kata dia, pernah juga ditemukan gunung bawah laut di daerah lainnya. “Kita kan melakukan penelitian ini karena sebelumnya di perairan barat Sumatera ada dugaan siklus gempa besar 200 tahunan. Kita juga ingin mengetahui struktur bagian dalam geofisikanya,” lanjut Yusuf.

Ditanya apakah gunung tersebut berpotensi untuk meletus, dia mengatakan gunung yang ditemukan itu bukan berada di jalur vulkanik. “Jadi gunung di bawah laut tersebut belum dapat dipastikan itu aktif atau tidak aktif, vulkano atau bukan. Tapi memang ini mirip dengan (gunung) vulkan,” katanya. Yusuf menyatakan gunung yang ditemukan itu berada di jalur subduksi. Zona subduksi atau zona penunjaman adalah zona menunjamnya (bend downward) lempeng samudra ke bawah lempeng benua. Sumber : okezone.com

Rabu, 13 Mei 2009

Awas! Flu Babi Masuk Bandung

Diposting oleh FPBI di 09.52 0 komentar
Maskapai penerbangan AirAsia mengakui co-pilot yang diduga terjangkit flu babi merupakan karyawan AirAsia. Station Head AirAsia Indonesia Bandung Bangkit Adiwinanto mengakui co-pilot berinisial RES baru mendaratkan pesawat rute Kuala Lumpur-Bandung sebelum dinyatakan sebagai suspect flu babi. Sebelum diberangkatkan ke RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, RES sempat mendapat perawatan medis dari dokter di Bandara. Namun, melihat kondisinya yang tidak kunjung membaik, pihak Air Asia dan bandara langsung memberikan penanganan medis lebih lanjut. Dia menjelaskan, jeda waktu pendaratan pesawat dengan keberangkatan RES ke RSHS, dimanfaatkan petugas medis dan pihak maskapai untuk merawat kondisi RES. Namun, demam tinggi yang diderita RES memutuskan dokter untuk merujuknya ke RSHS.
"Co-pilot berinisial RES (39 thn) asal Surabaya tersebut memang menerbangkan pesawat dari Kuala Lumpur, Malaysia sekitar pukul 10.00 WIB dan tiba di Bandara Husein Sastranegara pada pukul 13.00 WIB," katanya di Bandung, Selasa (12/5).
"Ada jeda waktu antara pendaratan dan masuknya dia ke RSHS. Ketika itu kami mencoba untuk memberikan perawatan kepada dia namun, kondisinya tidak kunjung membaik. Dengan kejadian ini kami belum memutuskan untuk melakukan persiapan khusus," jelasnya.
Walau begitu, kondisi penerbangan maskapai asal Malaysia ini tidak terpengaruh dengan ditemukannya terduga flu babi ini. Dari kapasitas 148 tempat duduk yang disiapkan Air Asia dalam setiap penerbangan, tingkat okupansinya mencapai 50-60 persen atau sekitar 100 penumpang. Hingga saat ini pun tidak ada masyarakat maupun agen perjalanan yang mempermasalahkan dugaan terjangkitnya co-pilot Air Asia ini. Menurut dia, hal ini disebabkan pasar di wilayah Bandung memang menjanjikan sehingga tingkat isian di setiap penerbangannya tidak terpengaruh.
Secara terpisah, General Manager Angkasapura II Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, Mulya Abdi menolak jika dikatakan co-pilot RES terjangkit flu babi. Dia menuturkan, RES baru terindikasi mengidap virus H1N1 itu dan belum bisa dikatakan sebagai suspect.
"Mungkin dia baru terindikasi dan belum bisa dikatakan sebagai suspect. Gejala yang ditunjukannya masih seperti gejala flu biasa. Tenggorokan sakit, demam, tidak ada yang berbeda dengan flu biasa. Tapi kami memang memutuskan agar dia mendapat perawatan di RSHS. Jadi belum bisa disimpilkan kalau dia terjangkit," tutur Mulya.
Dia berharap ditemukannya kasus suspect flu babi pertama di Kota Bandung ini tidak terlalu dibuat heboh karena akan berdampak buruk kepada dunia penerbangan di Bandung. Dia juga meminta masyarakat agar tidak panik untuk menyikapi hal ini. "Saya khawatir ketika masalah ini dibesar-besarkan justru akan berpengaruh kepada penurunan angka wisatawan asing yang masuk ke Bandung. Kami belum akan memperketat arus lalu lintas kedatangan wisatwan apalagi sampai memasang detektor panas," jelasnya. Sumber : Kompas

Senin, 11 Mei 2009

Flu Kuda Mengintai

Diposting oleh FPBI di 12.47 0 komentar
New Delhi – Serangan virus influenza dari binatang terus berdatangan. Baru saja serangan Flu Burung (avian influenza) diatasi, dan Flu Babi (swine flu) sebentar lagi menjadi pandemi (wabah), kini sudah datang lagi kabar ada serangan virus yang datang dari binatang kuda (equine flu). Penyakit terbaru dari hewan yang diberi nama equine influenza itu menyerang 3 negara, yaitu Australia, jepang dan India. Di India telah menewaskan 43 kuda di negara bagian barat India Rajasthan dan Gurajat. Tahun lalu, pemerintah Prov. Saga, Jepang, juga membatalkan perlombaan pacuan kuda menyusul berjangkitnya flu kuda pada 9 kuda balap. Sebelumnya, kecemasan akan merebaknya wabah flu kuda terjadi di Australia, setelah sedikitnya 4 ekor kuda di Sidney dinyatakan positif terserang flu kuda, pertengahan Desember. Media Australia memperkirakan kuda-kuda itu tertular flu dari kuda asal Jepang yang berkandang di Sidney. Berdasarkan laporan laboratorium di Hissar, Haryana di India Utara, kematian kuda akibat serangan flu itu pertama terjadi pada Januari di Gandhinagar, Gujarat. Untuk mencegah penyakit tersebut tersebar luas, pemerintah Gujarat memutuskan melarang membeli dan menjual kuda di negara bagian itu. Di Rajasthan, 25 kuda tewas pada suatu pameran kuda di daerah Jodhpur, menurut laporan tersebut. Flu Equine disebabkan oleh virus influenza A yang endemik pada kuda. Virus tersebut bisa berpindah ke jenis hewan lain yang sampai kemarin belum diketahui menular pada manusia. Influenza Equine ditandai dengan sangat tingginya penularan diantara kuda, dan mempunyai masa inkubasi relatif singkat, yakni 1-5 hari. Kuda yang terserang flu ini bisa mengembangkan gejala-gejala demam, batuk kering dan keluar ingus dari hidungnya. Sumber : Jawa Pos

Suspect Flu Babi Mendarat di Bali

Diposting oleh FPBI di 11.40 0 komentar
Dari Belanda yang Masuk Kategori Negara Positif Virus Tersebut
BADUNG: Bali nyaris kecolongan. Seseorang perempuan asal Belanda Michelle Vandorssen yang berstatus suspect Flu Babi mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai sekitar pukul 12.48 Minggu (10/5) kemarin. General Manager (GM) PT (Persero) Angkasa Pura (AP) I, Heru Legowo mengatakan perempuan berusia 32 thn tersebut langsung dilarikan ke RS Sanglah Denpasar begitu menjejakkan kakinya di terminal kedatangan Internasional. Penumpang itu turun dari pesawat Malaysia Airlines MH 715 dari Amsterdam dan sempat transit di Kuala Lumpur. "Pesawat itu mengangkut 137 penumpang", kata Heru. Menurutnya, sejak merebaknya virus H1N1, baru kali ini di Bandara Ngurah Rai menemukan penumpang suspect Flu Babi. Michelle sendiri diketahui sakit sejak berada di dalam pesawat. Ketika masih di udara, Kapten pesawat melapor ke ground handling Bandara Ngurah Rai jika di dalam pesawatnya ada pasien yang muntah-muntah. Dugaan Flu Babi pun mencuat. Apalgai, sebelum transit di Kuala Lumpur, Michelle baru terbang dari Belanda, yang masuk kategori wilayah positif H1N1. “ Kapten pesawat tidak mau ambil resiko. Karena itu di minta pihak ground handling melakukan antisipasi”, Kata Heru. Atas laporan tersebut, Tim dari kantor kesehatan bandara langsung siaga dengan peralatan lengkap. Begitu mendarat, penumpang lainya diminta keluar pesawat. Sedangkan Tim kesehatan memeriksa kondisi Michelle didalam pesawat. Usai pemeriksaan, Michelle langsung dirujuk ke RS Sanglah dengan mobil Ambulan DK 1032. “ Dia masih bisa jalan kaki menuju mobil Ambulan. Jadi kondisinya tidak separah seperti yang dibayangkan. Hanya muntah-muntah saja, belum tentu Flu Babi”, kata Heru meyakinkan. Di RS Sanglah, pasien langsung dibawa ke sal Nusa Indah dan dirawat di sal isolasi dengan diantar petugas berbaju “astronot” warna silver. Setiba di RS, tim penanganan Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 langsung tampak sibuk. Usai memeriksa pasien, Direktur Umum Operasional RS Sanglah, drg Triputro Nugroho Mkes, yang didampingi Ketua Tim Penanganan Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009, dr Agus Somia SpPD dan Seketarisnya dr Ken Wirasandi MARS langsung memaparkan hasil pemeriksaan. Menurutnya, perempuan tersebut muntah-muntah. Tim medis juga menyatakan pasien Michelle juga mengeluh sakit saat menelan. "Hasil pemeriksaan pasien yang kami terima, semua masih dalam kondisi baik dan stabil", jelas dr Agus Somia. Dijelaskan, tim dokter melakukan pemeriksaan tekanan darah, pernafasan dan suhu tubuh pasien. Menurutnya untuk tensi, tekanan darah Michelle masih normal yaitu 110/70. Sedangkan pemeriksaan pernafasan yakni antara 20 x 40 menit dengan suhu tubuh 36,9 derajat Celcius.” Secara umum tidak ada gangguan dan masih mengarah pada influenza biasa (influenza like illness)”, terangnya. Masih menurut dr Ken, untuk perkembangan lebih lanjut, pihaknya selain melakukan pengambilan sample darah, tim juga akan mengirim sample pendukung lain ke Lab. Biomolekuler atau Litbangkes. “ Mudah-mudahan dalam waktu dekat antar 1-2 hari sudah ada hasilnya”, harapanya. Sumber : Jawa Pos
 

Mitigasi Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez