Relawan FPBI

Telah 3 tahun, tugas para relawan FPBI dalam aksi kemanusiaan di wilayah Bencana Kegagalan Teknologi yang dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo, di Kec. Porong, Sidoarjo

Selasa, 08 September 2009

Bandara Minangkabau Rentan Banjir

Diposting oleh FPBI di 21.24 0 komentar
Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Ketaping Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar) dinilai rentan banjir sehingga diperlukan upaya-upaya mengatasi ancaman itu sejak dini.

BIM rentan banjir karena dibangun pada kawasan pesisir pantai yang ketingginya sangat rendah dari permukaan laut, kata anggota DPRD Sumbar dari daerah pemilihan Padang Pariaman, Djonimar Boer kepada ANTARA di Padang, Senin.

Karena itu, pemerintah wajib melakukan upaya untuk mengatasi ancaman banjir yang bisa menganggu aktifitas di BIM nanti, tambahnya.

Dalam hal ini, anggota DPRD Sumbar dari daerah pemilihan Padang Pariaman mendukung pelaksanaan proyek pembangunan irigasi pengendalian banjir Batang Anai dan Batang Kandis yang dapat menyelamatkan BIM dari ancaman banjir.

Dukungan ini, bukan semata-mata untuk mengamankan BIM dari banjir tetapi lebih dari itu ditujukan untuk mengatasi ancaman serupa terhadap kawasan pertanian, perkebunan dan pemukiman warga yang ada di sepanjang sisi aliran dua sungai itu, kata Djonimar.

Sementara itu, Gamawan Fauzi mengatakan, pembangunan irigasi pengendalian banjir Batang Anai dan Batang Kandis memang salah satunya ditujukan untuk mengamankan BIM dari ancaman banjir.

Proyek ini bagian dari pembangunan pengendalian banjir Kota Padang tahap III, tambahnya.

Pembangunan itu dilakukan dengan menormalisasi aliran Sungai Batang Anai yang ada di Kabupaten Padang Pariaman dan Batang Kandis di Kota Padang.

Kemudian, pekerjaan konstruksi peningkatan kapasitas Batang Anai sepanjang 12 Kilometer, Batang Kandis 3,1 Kilometer, termasuk didalamnya Sungai Batang Kasang 4,1 Kilometer.

Setelah proyek pengendalian banjir ini rampung diharapkan areal BIM seluas 500 hektar akan aman dari ancaman banjir, katanya.

Selain BIM, irigasi pengendalian banjir itu juga untuk mengamankan areal seluas 6.000 hektar dari genangan banjir yang terdiri dari kawasan pertanian 13,50 hektar, permukiman 3.500 hektar dan kawasan industri 650 haktar.

Proyek ini diperkirakan membutuhkan dana mencapai Rp884,8 miliar bersumber dari pemerintah pusat, daerah dan bantuan asing.Sumber : Antara

Rekomendasi Gempa Jabar 7,3 SR

Diposting oleh FPBI di 02.53 0 komentar

Laporan singkat hasil penyelidikan lapangan Tim Tanggap Darurat Gerakan Tanah di Wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, adalah sebagai berikut :

1. Lokasi bencana dan waktu kejadian:

Lokasi bencana alam terletak di Kampung Babakan Caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis gerakan tanah terletak pada koordinat 107°10' 37" BT; 07° 19'5" LS. Kejadian bencana gerakan tanah dipicu oleh gempa bumi dengan intensitas 7,3 SR pada hari Rabu tanggal 2 September 2009 jam 14,55 WIB.

2. Dampak bencana yang tercatat di Posko Desa Cikangkareng:

  • 47 orang hilang,
  • 12 orang meninggal dunia (sudah ditemukan)
  • 12 rumah, 1 toko dan 1 masjid hancur tertimbun.
  • 85 rumah rusak berat
  • 167 rumah rusak ringan


3. Kondisi Daerah Bencana:

  • Topografi daerah sekitar bencana mempunyai kemiringan lereng hampir tegak, dengan kemiringan lereng 80 - 90° dan di bawah gawir yang tegak terdapat pemukiman Kampung Babakan Caringin dengan morfologi landai hingga agak terjal dengan kemiringan 5 - 15°. Jenis gerakan tanah adalah runtuhan batuan dengan panjang 400 m, lebar 250 m dan arah N 80° E dan di sertai retakan di lereng bagian atas tebing perbukitan, dengan volume material gerakan tanah sekitar 1.500.000 m3..
  • Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sindangbarang (Koesmono, M, dkk, 1996 daerah bencana disusun oleh batuan Formasi Koloberes (Tmk) yang disusun oleh perlapisan batuan sedimen yang berupa batu pasir, tufa kristal, breksi tufaan dengan perlapisan sejajar, kurang mampat. Batuan tersebut telah terkekarkan dengan tanah pelapukan berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran berwarna coklat kemerahan dan akibat kemarau panjang tanah tersebut mengalami retak - retak.
  • Lereng bagian atas Kampung Cikangkareng telah mengalami retakan memanjang sepanjang 25 m dengan lebar 10 - 15 cm.

Berdasarkan Peta Zona kerentanan Gerakan tanah Jawa Barat (DVMBG, 2004) daerah bencana termasuk dalam zona potensi gerakan tanah tinggi, artinya daerah tersebut mudah terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh faktor curah hujan maupun gempa bumi dengan intensitas yang tinggi.

4. Faktor Penyebab:

Bencana gerakan tanah di daerah ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

  • Topografi daerah sekitar bencana mempunyai kemiringan lereng hampir tegak, dengan kemiringan lereng 80 - 90°, sedangkan pemukiman menempati daerah yang landai hingga agak terjal yang terletak dibawah tebing perbukitan yang tegak, sehingga jika daerah perbukitan mengalami longsoran maka daerah pemukiman tersebut akan berpotensi untuk terlanda material longsoran.
  • Adanya perselingan batuan yaitu batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan perlapisan mendatar yang telah mengalami pengkekaran sehingga ketika terjadi gempa dengan sekala 7,3 SR maka batuan yang telah terkekarkan mengalami goncangan sehingga terjadi runtuhan batuan dan materialnya meluncur ke daerah pemukiman.

5. Mekanisme Gerakan Tanah

Lereng yang tegak dan memanjang yang berada di sebelah Barat Desa Cikangkareng dibentuk oleh batuan batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan perlapisan mendatar dan batuan tersebut telah mengalami pengkekaran. Akibat kemarau panjang maka tanah pelapukan yang berada diatasnya yang berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran mengalai retak - retak. Dengan adanya gempa bumi dengan kekuatan 7,3 SR maka batuan yang telah terkekarkan tersebut mengalami goncangan sehingga batuan dan tanah yang berada diatasnya runtuh dan materialnya meluncur ke daerah pemukiman yang relatif landai.

6. Rekomendasi

Daerah di sekitar lokasi kejadian bencana gerakan tanah masih berpotensi terjadi gerakan tanah oleh karena itu direkomendasikan :

  • Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar kejadian gerakan tanah dan yang menghuni di lereng bagian bawah dari lereng yang sudah mengalami retakan harus selalu waspada, karena di daerah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan, terutama pada musim hujan.
  • Untuk merencanakan pemukiman baru maka harus memilih lokasi yang menjauhi tebing perbukitan yang tegak tersebut yang berjarak lebih dari 500 m dari ujung tebing bukit.
  • Segera menutup retakan yang terjadi dengan tanah lempung dan dipadatkan, agar air permukaan tidak masuk ke dalam tanah.
  • Agar melakukan penanaman pepohonan yang berakar kuat dan dalam pada sekitar daerah retakan.
  • Jika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi maka penduduk yang bermukim di Kp. Sukaresik dan Kp. Cikangkareng agar mengungsi ke tempat yang lebih aman yaitu menjauh dari tebing perbukitan yang lereng bagian atasnya sudah retak. Sumber : PVMBG
 

Mitigasi Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez