Relawan FPBI

Telah 3 tahun, tugas para relawan FPBI dalam aksi kemanusiaan di wilayah Bencana Kegagalan Teknologi yang dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo, di Kec. Porong, Sidoarjo

Kamis, 17 Desember 2009

Waspada, Badai Tropis Lawrence

Diposting oleh FPBI di 00.51 0 komentar
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bagi masyarakat mengenai akan adanya badai tropis Laurence di perairan sebelah tenggara Nusa Tenggara Timur.

Badai Laurence kemungkinan akan membentuk daerah pumpunan angin yang memanjang dari Sulawesi bagian selatan hingga Laut Timor dan berpeluang memunculkan awan-awan hujan di timur serta selatan katulistiwa, kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Stasiun Metereologi El Tari Kupang, Agus Tjatur Iswahjuanto, Minggu (13/12).

Meski badai itu saat ini masih berada di perairan Australia, semua pihak terutama para nelayan dan pelaut atau pun masyarakat umum yang berencana melakukan perjalanan laut diminta untuk selalu mewaspadai fenomena ini.

Peringatan dini ini, katanya, berlaku antara Minggu (13/12) hingga Senin (14/12) karena itu harus selalu berwaspada kapan dan di mana saja mengingat cuaca sering tidak berkompromi.

Dikatakan, saat ini tekanan udara masih berada pada 1000 hingga 1008 milibar dan masih dikategorikan dalam kondisi eksis di laut.

Tetapi jika tekanannya turun atnara 900-800 mili bar, akan terjadi siklon tropis ynag menimbulkan angin kencang hingga terjadi badai yang berdampak pada hujan lebat disertai guntur dan petir.

Menurut Agus untuk saat ini nahkan hingga tiga hari ke depan kondisi perairan di wilayah tenggara NTT bergelombang antara 1,5-2,00 meter, perairan luat Timor tinggi 2,5-3,0 meter dan Laut Arufuru 3,0-4,0 meter.

Sedangkan suhu muka laut di perairan sebelah selatan khatulistiwa yang masih cukup hangat, 33 derajat celcius, mendukung suplai uap air ke wilayah Indonesia bagian timur termauk tenggara NTT.

Selain itu, kelembaban udara di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Indonesia bagian Timur cukup besar yaitu mencapai 60 persen.

Ia menyebut secara keseluruhan wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah Pesisir Barat Sumatera bagian Selatan - Sumatera bagian Tengah dan Selatan - Jawa, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Sebagian Jawa - Kalimantan bagian Tengah, Barat dan Selatan - Sulawesi bagian Barat, Tenggara dan Selatan - Beberapa daerah di Bali - Nusatenggara - Maluku Tenggara - Papua bagian Timur, Tengah dan Selatan. Sumber : BMKG Kupang

Jumat, 04 Desember 2009

Pemasangan Deteksi Dini DAS Bengawan Solo

Diposting oleh FPBI di 04.48 0 komentar
Perum Jasa Tirta (PJT) I memasang beberapa jenis alat pendeteksi banjir di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

"Ada tiga jenis alat yang kami gunakan, seperti `early warning system` (EWS), `automatic rainfall recorder` (ARR) atau alat pencatat curah hujan, dan `automatic water level metering` (AWLM) pencatat elevasi tinggi muka air," kata Dirut PJT I, Tjuk Walujo Subianto di Wonogiri, Senin.

Untuk alat "early warning system", kata dia, dipasang di 30 titik sepanjang DAS Bengawan Solo.

"Di daerah hulu, bagian tengah DAS, dan hilir, masing-masing kami memasang alat itu di sepuluh titik posko pemantauan," kata Tjuk.

Dia mengatakan, alat tersebut memberi penanda lampu berwarna hijau, kuning, dan merah, untuk memberikan informasi mengenai ketinggian air sungai yang termasuk status waspada banjir.

"Jika lampu berwarna merah, sirine pada alat tersebut akan berbunyi. Masyarakat setempat yang bertugas di pos pemantauan tersebut akan memberikan informasi kepada masyarakat lainnya di pos yang berbeda melalui telepon seluler yang kami sediakan," kata dia.

Dia mengatakan, penanganan dengan cara seperti itu merupakan program PJT I melalui "monitoring" yang berbasis masyarakat.

Selain itu, kata Tjuk, PJT I juga mmasang alat pencatat curah hujan otomatis ("Automatyic Rainfall Recorder") di lima lokasi, seperti Batuwarno, Pracimoloyo, Tirtomoyo, Jatisrono, dan Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri).

"Jika curah hujan masuk pada batas 100 milimeter atau berarti hujan lebat, maka alat tersebut akan memberikan informasi secara otomatis kepada posko-posko pemantau banjir yang ada di sepanjang DAS Bengawan Solo," kata dia.

Fungsinya, kata dia, agar masyarakat yang berada di bagian tengah dan hilir dapat lebih waspada terhadap hujan lebat yang berpotensi meningkatkan volume air di DAS Bengawan Solo.

"Untuk alat pencatat elevasi tinggi muka air (automatic water level metering), kami memasangnyadi enam lokasi, seperti Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Jurug (Kota Solo), Ahmad Yani (Madiun), Karangnongko (Bojonegoro), dan dua titik di bagian hilir," kata dia.

Dia mengatakan, alat tersebut akan memberikan data secara otomatis mengenai tingkat elevasi ketinggian muka air di setiap lokasi pemasangan alat tersebut.

"Data tersebut akan disampaikan kepada pemerintah daerah setempat dan satuan tugas penanganan banjir yang berada di lokasi-lokasi sekitar tempat pemasangan alat tersebut," kata dia.

Tjuk Walujo Subianto mengatakan, dengan adanya alat-alat tersebut diharapkan banjir dapat dideteksi lebih dini sehingga dapat meminimalisir kerugian dan korban yang timbul karena banjir di DAS Bengawan Solo.
 

Mitigasi Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez