Relawan FPBI

Telah 3 tahun, tugas para relawan FPBI dalam aksi kemanusiaan di wilayah Bencana Kegagalan Teknologi yang dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo, di Kec. Porong, Sidoarjo

Selasa, 28 April 2009

Cara Proteksi Diri Terhadap Flu Babi

Diposting oleh FPBI di 06.55 0 komentar
Untuk melindungi diri sendiri, praktek umum langkah-langkah preventif untuk Flu Babi:
  • Hindari hubungan dengan orang-orang yang tampak kurang sehat dan ada yang demam dan batuk.
  • Cucilah tangan dengan sabun dan air dengan sering dan teliti.
  • Lakukan praktek kesehatan yang baik termasuk kebiasaan tidur, makan makanan bergizi, dan tetap aktif secara fisik.
Jika ada orang di rumah Anda sakit Flu Babi:
  • Cobalah untuk memberikan orang terjangkit pada bagian terpisah di rumah. Jika hal ini tidak memungkinkan, pasien tetap setidaknya dalam jarak 1 meter dari yang lain.
  • Tutupilah mulut dan hidung saat merawat orang yang sakit. Masker komersial dapat dibeli atau dibuat dengan menggunakan bahan yang tersedia. Setelah digunakan dapat dibuang di tempat sampah yang benar atau dibersihkan dengan benar.
  • Cucilah tangan dengan sabun dan air setelah dengan teliti setiap kontak dengan orang sakit.
  • Cobalah untuk memperbaiki aliran udara di daerah di mana orang sakit tersebut. Gunakan pintu dan jendela untuk mengambil sirkulasi udara dari angin.
  • Jaga agar lingkungan tetap bersih dengan bahan pembersih rumah tangga.
  • Jika Anda tinggal di negara di mana babi influenza telah menyebabkan penyakit pada manusia, ikuti nasihat dari Departemen Kesehatan atau Rumah Sakit setempat yang berwenang.
Apa yang harus Anda lakukan jika Anda terjangkit Flu Babi?
  • Jika Anda merasa sakit, demam tinggi, batuk dan atau sakit tenggorokan:
  • Tetap di rumah dan menjaga diri dari pekerjaan, sekolah atau kelompok sebanyak mungkin.
  • Istirahat dan menambah banyak cairan (minum).
  • Tutupilah mulut dan hidung Anda dengan sekali penutup, ketika batuk dan bersin buanglah di tempat yang semestinya.
  • Cucilah tangan dengan sabun dan air sesering mungkin dan teliti, terutama setelah batuk atau bersin.
  • Beritahu teman dan keluarga tentang penyakit tersebut dan berusaha untuk tidak membantu pekerjaan rumah tangga yang memerlukan kontak dengan orang lain seperti belanja.

Jika Anda memerlukan perhatian medis:
  • Hubungi dokter Anda atau fasilitas kesehatan setempat sebelum melakukan perjalanan untuk melihat kesehatan dan laporan gejala tersebut. Menjelaskan mengapa Anda berpikir Anda telah babi Influenza (misalnya, jika Anda baru-baru ini melakukan perjalanan ke negara di mana terdapat wabah Flu Babi pada manusia). Mengikuti saran yang diberikan kepada Anda untuk perawatan.
  • Jika tidak memungkinkan untuk menghubungi petugas kesehatan setempat pada saat itu, berkomunikasilah Anda dengan petugas atau fasilitas kesehatan ketika memiliki kecurigaan dari Flu Babi segera setelah tiba di Bandara tujuan.
  • Berhati-hatilah untuk menutupi hidung dan mulut selama perjalanan.
Sumber : WHO

Minggu, 26 April 2009

Mitigasi Flu Babi

Diposting oleh FPBI di 11.42 0 komentar
Flu Babi, pandemi lama dengan versi baru memang mengejutkan dunia. Regenerasi virus flu ini telah merepotkan perhatian kesehatan publik di dunia. Ditularkan lewat udara, penyakit influenza atau flu sebenarnya sudah dikenal orang sejak ratusan tahun lalu. Ketika muncul batuk-pilek, orang langsung tahu inilah gejala flu. Serangan yang lebih berat umumnya dibarengi demam (suhu naik sampai 38-40o C), sakit kepala, radang tenggorokan, lemas, mual, dan ngilu tulang. Masa inkubasi flu berlangsung 1-2 hari.Flu, pada dasarnya gampang diatasi. Setelah diberi obat penurun panas, obat batuk, antibiotika, serta istirahat cukup, kondisi tubuh biasanya akan kembali pulih. Mengapa penyakit flu mampu demikian “setia” menemani umat manusia sampai sekian lama? Bila ditengok sifat genetisnya, virus flu dikenal sebagai virus yang tidak stabil. Ia sering bermutasi akibat pertukaran gen. Sebab itu kita sering mendengar munculnya jenis flu-flu “baru” yang sulit sembuh, lebih parah gejalanya, bahkan sampai menelan banyak korban.
Gara-gara Unggas dan Babi
Ledakan flu pertama terjadi antara tahun 1889-1890. Namun wabah terhebat muncul di tahun 1918. Di seluruh dunia, korban berjatuhan sampai + 20 juta orang. Di AS saja, wabah ini merenggut 550.000 jiwa. Kemudian ia menyebar begitu cepat sampai ke bagian yang terpencil di Alaska, Samoa Barat di Pasifik Selatan, terus ke India dan di sana menewaskan 12,5 juta penduduk. Belum lagi di Eropa. Tak diketahui alasannya, satu-satunya benua yang terbebas dari ancaman virus flu saat itu hanyalah Australia.
Manusia membutuhkan cukup banyak waktu untuk meneliti sebab musababnya, sehingga baru tahun 1930 penyebab flu hebat tersebut berhasil diidentifikasikan. Ternyata virus flu tersebut berasal dari babi, sehingga penyakit flunya dinamakan swine flu. Sumber penyebarannya dipercaya dari sebuah tanah pertanian di daerah Midwest (Barat-Tengah), AS, tempat orang beternak babi di tanah-tanah pertanian keluarga. Penasarannya dunia kedokteran terhadap flu superganas itu terbukti dengan masih berlangsungnya penelitian terhadap swine flu itu hingga kini.
Misalnya saja, baru-baru ini Departemen Pertahanan AS menemukan contoh jaringan paru-paru seorang tentara AS berusia 21 tahun yang meninggal tahun 1918, hanya 5 hari setelah terserang flu. Contoh jaringan yang sudah sekitar 80 tahun tersimpan rapi di Washington ini diharapkan akan membantu manusia membuka tabir lebih dalam lagi tentang lika-liku penyebab flu babi tersebut.
Menurut Jeffery K. Taubenberger MD.PhD., yang banyak meneliti penyakit pandemi, tipe virus flu di awal abad ini memang langka dan mematikan. Peneliti dari bagian Patologi Institut Angkatan Bersenjata AS ini juga menyimpulkan, tentara Amerika banyak berperan dalam menyebarkan suatu jenis penyakit flu ke Eropa, yang anehnya, kemudian dikenal sebagai flu Spanyol! Padahal di pengujung PD I itu tentara AS (yang sadar atau tidak sudah banyak terserang flu) dikirim ke Prancis, bukan ke Spanyol.
Robert Webster MD dari RS anak St. Jude di Memphis, AS, mengemukakan hasil pengamatan yang amat menarik. Rupanya semua gen virus flu di dunia ini mempunyai tempat-tempat persinggahan sebelum sampai di tubuh manusia. Dari tubuh unggas aquatik (sering berhubungan dengan air) seperti bebek dan burung camar, virus ditularkan ke babi, lalu baru ke manusia.
“Pada tubuh babi virus flu diubah gennya untuk kemudian dimunculkan kembali. Flu Hongkong dan flu Asia merupakan hasil proses penataan kembali ini,” kata Webster. Namun pendapat Webster ini masih banyak diperdebatkan, karena banyak ahli lain berpendapat swine flu ganas hanya akan muncul setiap 100 tahun.
Lepas dari silang pendapat itu, Maret lalu ternak babi di Malaysia (khususnya di daerah Selangor) banyak yang mati terkena penyakit ensefalitis (radang selaput otak) Jepang. Sebelumnya, Oktober tahun lalu, virus penyebab ensefalitis ini pernah menyerang ternak babi di daerah Perak. Akhirnya pemerintah Malaysia menyarankan pembantaian terhadap ribuan ternak babi. Belum jelas virus apa yang menyerang babi tersebut. Yang jelas, penyakit ensefalitis memang bisa merupakan komplikasi penyakit flu, meski virus flu bukanlah satu-satunya kemungkinan penyebab penyakit selaput otak. Namun, mau tak mau orang jadi bertanya-tanya, mungkinkah virus yang menyerang para babi di Malaysia itu rumpun virus sejenis yang bermutasi?

Mutasi gen
Virus flu berasal dari beberapa rumpun myxovirus yang dikategorikan sebagai tipe A, B, dan C. Tipe A merupakan tipe penyebab flu utama, muncul dalam beberapa jenis rumpun, yang secara klinis dapat dibedakan berdasarkan tempat pertama kali ditemukan, laboratorium yang menemukan, serta kapan diperolehnya. Tipe A mempunyai subtipe protein H dan N. Kalau virus A paling sering menyerang manusia, tipe B dan C jarang menyerang manusia; kalaupun menyerang sifatnya ringan, dan tidak mewabah.
Walaupun gejala infeksi antara tipe utama dengan yang lain hampir sama, secara antigen sama sekali berbeda, sehingga orang yang kebal terhadap tipe yang satu tidak berarti kebal terhadap tipe yang lain. Bentuk virus flu ada yang bulat, ada pula yang seperti kawat pijar. Inti virus terdiri atas bahan genetika RNA (ribose nucleic acid). RNA ini mengandung semua gen yang penting bagi virus untuk hidup dan berkembang. Setiap helai RNA berisi nukleoprotein. Salah satu subtipe A dikenal sebagai H2N2. Inilah flu Asia yang pertama muncul di Asia Timur, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Epidemi ini dipercaya terjadi 2-3 tahun sekali. Subtipe lain ada yang disebut H1N1 dan H3N2. Virus flu yang menyebar di Indonesia pada umumnya virus H3N2. Berat ringannya serangan tergantung tingkat kekebalan seseorang. Sekitar Maret 1997, muncul virus flu tipe lain yakni subtipe H5N1 terkenal sebagai Avian flu alias flu burung. Flu ini telah membabat habis + 6.500 ekor unggas di Hongkong.
Dua bulan kemudian, flu ganas tiba-tiba juga menyerang seorang anak laki-laki berusia 3 tahun di Kowloon, Hongkong. Bocah itu akhirnya meninggal. Setelah diteliti, ternyata penyebabnya adalah virus flu burung tipe H5N1 juga.Desember 1997 muncul lagi infeksi flu H5N1 pada manusia, dengan komplikasi berat seperti pneumonia dan ensefalitis (radang selaput otak), yang kalau tidak segera ditangani akan fatal. Keruan saja, pemerintah Hongkong akhirnya memutuskan pemberantasan besar-besaran dengan membunuh semua unggas yang dijualbelikan di pasaran. Suatu keputusan yang tentu tidak nyaman bagi para peternak.
Kini yang perlu diwaspadai, apabila terjadi perkawinan antara virus flu burung (atau virus H5N1) dengan virus H3N2 yang memungkinkan lahirnya “supervirus” H5N2. Soalnya, H5 dari flu burung membawa sifat letalitas tinggi, sedangkan N2 mempunyai daya tular yang cepat!

Menghantam supervirus

Usaha pencegahan penyebaran flu ganas sebenarnya bisa dengan vaksinasi. Tapi rupanya cara ini secara umum belum diterapkan di Indonesia. Seorang penderita dengan diagnosa flu berat kini juga bisa menjalani tes di laboratorium khusus. Dengan mengambil usapan jaringan dari tenggorokan, lubang hidung bagian dalam atau tes darah, dapat diteliti dengan cepat antibodi penderita yang sedang dihinggapi virus flu. Cara ini dinamakan tes diagnostik kilat. Sayang, pemeriksaan seperti ini juga belum populer di Indonesia.
Atas dukungan WHO, kini dikembangkan pula vaksin virus flu H5N2. Soalnya penderita 65 tahun keatas atau orang pengidap penyakit kronis seperti jantung, paru-paru, ginjal, diabetes anemia, bila terkena flu cenderung lebih berat penderitaannya dibandingkan yang lebih muda dan sehat. Sebab itu vaksin ini sangat disarankan di panti-panti wreda. Juga disarankan bagi anak-anak atau remaja yang sudah lama mendapatkan terapi aspirin dan mereka yang berisiko terjangkit sindrom Reye. Sindrom Reye adalah serangan mendadak berupa gangguan pernafasan dan pencernaan selama beberapa hari dan berakhir dengan pembengkakkan otak yang ditandai dengan kejang atau koma. Sindrom Reye adakalnya muncul sebagai komplikasi dari flu berat.
Efek sampingan setelah mendapatkan vaksin flu, paling-paling hanya alergi. Itupun hanya terjadi pada beberapa orang yang sangat alergi terhadap telur. Soalnya virus yang digunakan dalam vaksin tersebut dikembangbiakkan dalam telur ayam. Hanya kurang dari 1/3 orang yang menerima vaksin merasakan sakit dan hanya 5-10% mendapatkan efek sampingan (kebanyakan pada anak-anak)seperti pusing atau sedikit demam seperti menderita flu ringan. Tapi ini pun hanya terjadi pada anak yang belum pernah terserang virus influenza sebelumnya. Menurut para ahli, vaksin yang diproduksi tahun 1940 s/d pertengahan 1960-an, menimbulkan efek sampingan karena tidak semurni vaksin buatan zaman sekarang. Oleh karena itu vaksin buatan zaman sekarang diharapkan tidak membawa efek sampingan. Efektivitas vaksin sangat tergantung pada tingkat kesamaan antara jenis virus dalam vaksin dengan virus yang sedang menyerang. Jenis vaksin harus ditentukan 9-10 bulan sebelum datangnya musim flu. Sulitnya, di negara tropis seperti Indonesia, flu datang di segala musim, sehingga lebih sulit. Berhubung virus flu terus bermutasi, kalau waktu pemberian vaksinnya tidak tepat, tentu akan mengurangi kemampuan penyerapan antibodi vaksin yang berguna untuk merintangi mutasi virus baru.

Akibatnya efektivitas vaksin berkurang.
Efektivitas vaksin juga bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Pada para dewasa muda, efektivitas mencapai 70-90% dalam mencegah penyakit ini. Sedangkan pada lansia dan mereka dengan penyakit kronis, efektivitas vaksin berkurang, tapi paling tidak, akan mengurangi beratnya penderitaan, risiko komplikasi dan kematian.
Penelitian menunjukkan, pada lansia, vaksin bisa mengurangi perawatan di rumah sakit sampai 70% dan kematian sampai 80%. Risiko mendapat pneumonia berkurang sampai 60%. Penting diingat, antibodi yang diproduksi tubuh dalam merespons vaksin setiap waktu menurun, umumnya satu tahun setelah vaksinasi. Juga mengingat virus suptipe berlainan bisa datang setiap waktu (akibat mutasi gen), maka disarankan vaksin diberikan 1x setiap tahun. Vaksin flu juga bisa diberikan pada wanita hamil pada trisemester kedua atau ketiga masa kehamilan selama musim flu. Kegunaan vaksinasi pada wanita hamil untuk mencegah komplikasi bila terkena flu. Vaksin flu juga diberikan kepada para ibu menyusui.

Jaga jarak
Pada umumnya memang agak sulit mencegah tertularnya penyakit flu terutama bila musim flu sedang melanda. Paling-paling sedapat mungkin menjauhi orang-orang yang sedang terkena flu. Dr. J. Widyaharsana, DE.F.A.C.B dari RS Pondok Indah, Jakarta, menyarankan, kalau kita bertemu dengan seorang penderita di ruang sempit, usahakan berpaling dari penderita. Ini untuk menghindari kita terkontaminasi mukosa hidung dan mata dari si penderita. Selain itu, meski kita dalam kondisi sehat, jangan pula terlalu sering menggosok-gosok hidung dan mata dengan jari-jari kita. Siapa tahu jari-jari kita telah melakukan kontak dengan penderita flu. Gunakan kertas tisu atau sering-seringlah mencuci tangan untuk menghindari penularan.
Sedapat mungkin hindari hadir bersama-sama penderita flu dalam ruang tertutup/ber AC, misalnya dalam lift. Namun bila keadaan itu tak dapat dihindari, misalnya di ruang kantor atau dalam pesawat terbang, gunakan obat semprot hidung yang mengandung larutan NaCl-fisiologis.
Banyak minum (sedikitnya 8 gelas air atau jus buah/hari) dapat pula membantu mencegah tertular flu. Vitamin E (200 IU/hari) juga membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Vitamin C juga berperan dalam mengurangi penderitaan akibat flu dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, asalkan tidak melebihi 500mg/hari. Penggunaan vitamin C secara berlebihan dapat menyebabkan diare dan meningkatkan asam lambung. Sumber : Hotarticle.com

Peringatan Dini Flu Babi

Diposting oleh FPBI di 11.13 0 komentar
Penetapan status darurat kasus swine flu (flu babi) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), membuat Departemen Kesehatan mengedarkan surat kewaspasdaan dini, ke seluruh kantor kesehatan. "Ini langkah antisipasi, kami belum tahu situasinya seperti apa," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama ketika dihubungi Ahad (26/4). Sabtu (25/4) sore telah dikumpulkan aparat kesehatan di pelabuhan di seluruh Indonesia untuk mengaktifkan dan memastikan thermal scanner bekerja dengan baik. Saat ini seluruh perwakilan kantor kesehatan tengah berkumpul mengikuti simulasi Pandemi Flu Burung di Makasar. "Sekalian membahas situasi terakhir dan pengetatan lalu lintas pintu masuk lewat bandara dan pelabuhan" imbuh Yoga. Departemen Kesehatan juga membentuk kerjasama dengan Departemen Pertanian untuk membentuk tim terpadu penanggulangan kasus zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia)
Upaya pencegahan masuknya flu babi ke Indonesia, kata Tjandra, tergantung situasi yang terjadi. Langkah yang sudah dilakukan hingga Ahad ini adalah mengumpulkan data dan kajian ilmiah serta berkoordinasi dengan WHO. Departemen kata Tjandra juga mempersiapkan pemeriksaan laboratorium utk Flu Babi.
Flu babi, jelasnya adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan penularan antar manusia. "Secara umum penyakit ini mirip dengan influenza,gejala klinisnya sama," tambahnya Cara penularannya, Ia menambahkan bisa melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Masa inkubasinya 3 sampai 5 hari. Tjandra mengingatkan antisipasi penyebarannya dengan menjaga pola hidup bersih. Tercatat hingga saat ini 8 kasus positif (confirm) di Amerika Serikat dan di Meksiko sebanyak 878 kasus dan 60 diantaranya meninggal dunia (20 kasus positif flu babi). Sumber : Tempo Interaktif.com

Sabtu, 25 April 2009

Karakteristik Gunungapi Slamet

Diposting oleh FPBI di 12.01 0 komentar
Sejarah terakhir letusan Gunungapi Slamet terjadi pada 12-13 tahun 1988, ditandai dengan keluarnya abu dan lava dari kawah gunung api di bagian barat Jateng itu. Terkadang aktivitas vulkaniknya menggeliat dalam tempo satu tahun dengan melontarkan letusan, tapi bisa juga dalam jangka waktu hingga 53 tahun baru meletus kembali. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Dr Surono, secara karakter apabila terjadi letusan besar, bahaya utama yang dapat ditimbulkan Slamet adalah berupa luncuran awan panas, lontaran piroklastik seperti bom vulkanik, pasir dan abu serta aliran lava.

Nama :G. Slamet
Nama Lain :Slamat
Nama Kawah :K1, K2, K3 dan K4
Lokasi Geografi :71.14.30 LS dan 109.12.30 BT
Lok. Admin :Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal dan Purbalingga, Jawa Tengah
Ketinggian :3.432 m dpl
Kota Terdekat :Bumiayu, Purwokerto, dan Purbalingga
Type Gunungapi :Strato
Pos Pengamatan :Desa Gambuhan, Kab. Pemalang

Cara Pencapaian
Untuk mencapai kawah G. Slamet, pendakiannya dilakukan dari arah timur, yakni dari Bambangan. Pada tahun 1853, Junghuhn mendaki puncak G. Slamet melalui kampung Priatin, sebelah timur Kutabawa. Dalam 1923 Taverne mendaki puncaknya juga dari arah timur. Matahelumual (1961) dan Siswowidjojo (1970) mendaki puncaknya dari kampung Bambangan. Dalam tahun 1973 pendakian dari sini sampai puncaknya memerlukan waktu lk. 7 jam, kembalinya hanya dalam waktu 3 jam. Sampai ketinggian 1400 m dimana - mana masih terdapat kebun rakyat, dan setelah itu sampai ketinggian 1700 m yang ada hanya hutan pinus. Selanjutnya melalui hutan lebat dengan kayu - kayuan yang besar sampai ketinggian 2600 m, disini sebagian jalan setapak harus dirintis karena tertutup semak belukar. Sampai ketinggian lk. 3220 m masih terdapat berbagai tumbuhan kekayuan, diantaranya kayu tanganan dan wanarasa, dan makin ke atas lagi di puncaknya gundul, yang ada hanya batuan lepas (Hamidi, 1973).

Kependudukan
Daerah G. Slamet mulai dari puncak hingga kakinya dibagi ke dalam 5 wilayah kabupaten. Sektor barat - baratlaut termasuk wilayah Kabupaten Brebes, sektor utara termasuk wilayah Kabupaten Tegal, sektor timurlaut - tenggara termasuk wilayah Kabupaten Purbalingga dan sektor selatan - baratdaya termasuk wilayah Kabupaten Banyumas.
Pendataan penduduk (1998) dititikberatkan pada pengumpulan data kependudukan yang termasuk ke dalam daerah KRB I Dan KRB II dengan radius 8 - 10 km dari puncak. Wilayah tersebut sewaktu-waktu penduduknya akan terkena dampak akibat letusan.
Data kependudukan di daerah G. Slamet dan sekitarnya yang termasuk kedalam daerah KRB I (radius 10 km) dan KRB II (radius 5 km)yang potensi terkena dampak sebanyak 30.957 yang teridir dari 134.246 jiwa yang berada dalam wilayah Kab. Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga, dan Banyumas.

Sistem Pemantauan
Kegiatan G. Slamet, baik secara visual maupun kegempaan, dipantau secara terus-menerus dari Pos Pengamatan G. Slamet di Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang. Kegiatan kegempaan G. Slamet, dipantau dengan menggunakan seismograf (model MEQ-800) satu komponen, yang dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS). Sumber : PVMBG

Rabu, 22 April 2009

Karakteristik Gunungapi Kerinci

Diposting oleh FPBI di 07.02 1 komentar
Gunungapi Kerinci merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di Pulau Sumatera. Untuk mencapai puncak cukup sulit karena merupakan daerah kawasan hutan cagar alam dan perkebunan teh. Pendakian dapat dilakukan lewat Lubuk Gadang di lembah Liki, mengikuti dasar sungai Timbulun, namun memerlukan waktu cukup lama yaitu selama tujuh hari pp. Selain itu terdapat jalur lain dari Kayuaro melewati pesanggrahan dengan kendaraan roda dua, kemudian berjalan kaki sampai di puncak selama 3 hari pulang pergi.

Demografi
Sebagaimana umumnya di daerah gunungapi yang sangat subur, banyak penduduk yang bermukim di daerah itu. Namun G. Kerinci yang tinggi dan luas, mempunyai daerah pemukiman yang berada jauh di luar kawasan rawan bencana. Hanya satu desa yang berada pada kawasan rawan bencana yaitu desa Sungai Rumpun terletak di pingir sungai Kering, dengan jumlah penduduk kurang dari seribu jiwa, kira kira berjumlah 600 jiwa (data tahun 1990). Sedangkan perkampungan lain umumnya terletak pada daerah punggungan yang berjarak lebih dari 6 km dari pusat erupsi dan relatif aman terhadap bahaya aliran, hanya terjangkau oleh jatuhan piroklastik yang diperkirakan berjarak 8 km dari pusat erupsi.

Nama : Gunung Kerinci
Nama Lain : Peak of Indrapura, G. Gadang, Berapi Kurinci, Korinci
Geografi : 141 , 5 LS -101 16 ' BT
Wilayah Adm : Kab. Kerinci, Prop. Jambi, dan Kab. Solok, Prop. Sumbar.
Ketinggian : 3805 m dpl
Kota Terdekat : Sungai Penuh dan Solok
Type Gunung : Strato

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Hasil erupsi Gunung Kerinci banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung G. Kerinci, merupakan tempat tersimpannya cadangan air tanah untuk irigasi, air minum di kota dan desa, serta beberapa mataair panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan.
Selain itu terdapat pula potensi panasbumi di G. Kerinci, yang sudah sampai ditahapan explorasi, namun belum dimanfaatkan baik untuk keperluan energi listrik, industri atau keperluan lainnya. Selama explorasi panas bumi telah dilakukan 3 buah pemboran explorasi (LP1, LP2 dan LP3) di daerah Lempur, Kecamatan Gunungraya Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dengan kedalaman pemboran : LP1 1020 m, LP2 650 m, dan LP1 dengan kedalaman 1026 m, pada ketinggian topografi 1360 m dpl. Pemboran explorasi LP1 dilakukan pada tahun 1983 dan pemboran explorasi LP 2 tahun 1988, LP 3 kira-kira 250 m dari LP2 pada posisi lebih tinggi, dengan kedalaman kira-kira 900 m, Pemboran LP 3 ini dilakukan pada tahun 2000, untuk lebih jelasnya dapat menghubungi website Direktorat Iinventarisasi Sumberdaya Mineral, Sub Direktorat Panasbumi, www.dmr.dpe.go.id.

Wisata
G. Kerinci dengan pemandangan yang indah sebagaimana layaknya sebuah gunungapi, dapat dijadikan objek tujuan wisata, di sekitar G. Kerinci terdapat perkebunan teh, mata air panas (di desa Semurup, Sungaipenuh), air terjun serta kawasan hutan lindung dan banyak tempat lainnya, untuk tujuan wisata. Dengan banyaknya flora dan fauna dapat pula dijadikan kawasan wisata, sebagai taman safari, kawasan wisata berburu, dalam waktu-waktu tertentu, untuk membatasi jumlah fauna (misalnya), masyarakat suku anak dalam dan suku-suku disekitar G. Kerinci yang mempunyai adat istiadat dan budaya menarik untuk tujuan wisata. Selain itu G. Kerinci yang besar dan tinggi yang mencapai ketinggian puncaknya 3805 m dpl. banyak menarik minat para pendaki gunung sebagai tujuan wisata pencinta alam, terutama anak-anak SMU dan Mahasiswa. Sumber : PVMBG

Rabu, 15 April 2009

Mitigasi Bencana Perkotaan

Diposting oleh FPBI di 03.32 0 komentar
Bercermin dari tragedi Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang Selatan yang mengerikan dan meninggalkan kepedihan mendalam bagi masyarakat perkotaan yang tertimpa bencana tersebut. Menelaah tingkat kerentanan (vulnerability) perkotaan di Indonesia adalah suatu hal penting dan mendesak untuk dikaji dan dievaluasi sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya ‘bencana alam’ yang bermakna sebuah tragedi, karena bencana baru akan terjadi bila ‘bahaya alam’ terjadi pada ‘kondisi yang rentan’, seperti yang dikemukakan Awotona (1997:1-2).
Banyak peristiwa bencana perkotaan yang telah terjadi: Banjir Bandang Situ Gintung, Banjir Jakarta, Kebakaran Depo Pertamina Jakarta Utara, Kecelakaan Kereta Api Bintaro, Banjir Palembang, Banjir Bandang Situbondo, Banjir Bojonegoro, Banjir Banjarmasin, Banjir Surabaya, Gempa Palu, Gempa Manokwari, Kebakaran Depo Pertamina Jayapura, Longsor Menado, Tsunami Banda Aceh, dan Gempa Bantul yang semuanya menyisakan penderitaan dan mengakibatkan jatuhnya korban serta menimbulkan kerusakan dan kerugian yang masif.
Berdasarkan banyaknya peristiwa bencana alan dan non alam di perkotaan di Indonesia, kajian dan upaya mitigasi bencana perkotaan sangat mendesak dilakukan oleh pemerintah melalui depertemen terkait.
Mengkaji tingkat kerentanan kota-kota di Indonesia seperti kota-kota yang berada diwilayah Jabodetabek, Gerbangkertasusila, dan kawasan lainnya melalui beberapa indikator kerentanan. Pengkajian dan mengelola kerentanan fisik (infrastruktur), sosial kependudukan (demografi), dan ekonomi di perkotaan merupakan program besar dan rumit. Kerentanan fisik (infrastruktur) menggambarkan perkiraan tingkat kerusakan terhadap fisik (infrastruktur) bila ada faktor berbahaya (hazard) tertentu. Melihat dari berbagai indikator sebagai berikut : persentase kawasan terbangun; kepadatan bangunan; persentase bangunan konstruksi darurat; jaringan listrik; rasio panjang jalan; jaringan telekomunikasi; jaringan PDAM; dan jalan KA, maka perkotaan Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentase kawasan terbangun, kepadatan bangunan dan bangunan konstruksi darurat di perkotaan tinggi sementara di lain pihak persentase, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jalan KA rendah.
Kerentanan sosial menunjukkan perkiraan tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Dari beberapa indikator antara lain kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk wanita, maka kota-kota di Indonesia memiliki kerentanan sosial yang tinggi. Belum lagi jika kita melihat kondisi sosial saat ini yang semakin rentan terhadap bencana non-alam (manmade disaster), seperti rentannya kondisi sosial masyarakat terhadap kerusuhan, tingginya angka pengangguran, instabilitas politik, dan tekanan ekonomi yang berdasarkan ramalan para pakar potensi memunculkan pengungsi lintas batas (refugees) ke negara lain.
Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila terjadi ancaman bahaya. Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingginya tingkat kerentanan ini misalnya adalah persentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan (sektor jasa dan distribusi) dan persentase rumah tangga miskin.
Beberapa indikator kerentanan fisik, ekonomi dan sosial tersebut di atas menunjukkan bahwa kota-kota di Indonesia memiliki tingkat kerentanan yang tinggi, sehingga hal ini mempengaruhi/menyebabkan tingginya resiko terjadinya bencana di wilayah perkotaan Indonesia.
Berdasarkan potensi bencana dan tingkat kerentanan yang ada, maka dapat diperkirakan resiko ‘bencana’ yang akan terjadi di perkotaan Indonesia tergolong tinggi. Resiko bencana pada wilayah perkotaan Indonesia yang tinggi tersebut disebabkan oleh potensi ancaman yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut yang memang sudah tinggi, ditambah dengan tingkat kerentanan yang sangat tinggi pula. Sementara faktor lain yang mendorong semakin tingginya resiko bencana ini adalah menyangkut pilihan masyarakat (public choice). Banyak penduduk yang memilih atau dengan sengaja tinggal di kawasan yang rawan/rentan terhadap bencana dengan berbagai alasan seperti kesuburan tanah, atau opportunity lainnya yang dijanjikan oleh lokasi tersebut. Harga tanah yang tinggi menempatkan penduduk untuk memilih tinggal di kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana seperti tinggal di bantaran sungai, situ (telaga), instalasi berbahaya (depo bahan bakar/gas, pembangkit listrik, dan industri berbahaya)
Dari latar belakang tentang bencana alam di perkotaan Indonesia, mitigasi bencana perkotaan merupakan langkah yang mendesak dilakukan oleh pemangku kepentingan sebagai langkah pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction management). Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi;

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi dilakukan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak atau sampai meniadakan dampak yang ditimbulkan bencana. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam(natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia(man-made disaster).

Sabtu, 04 April 2009

Indonesia, Hypermarket Bencana

Diposting oleh FPBI di 04.43 0 komentar
Bencana alam dapat terjadi secara tiba‐tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunungapi, tsunami dan anomali cuaca masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Mengapa wilayah negeri ini seolah menjadi hypermarket bencana, peristiwa demi peristiwa bencana silih berganti. Menimbulkan kepanikan, kerusakan, kerugian dan jatuhnya korban. Di sisi lain juga memunculkan fenomena saling menyalahkan. Secara geografis, geologis, hydrometeorologis dan demografis wilayah Republik Indonesia mempunyai tingkat risiko yang tinggi.
Dalam eksisting geografis wilayah ini berupa kepulauan yang terletak di daerah garis khatulistiwa. Terdapat 17.583 pulau dan kepulauan, yang dihuni sekitar 230 juta penduduk dalam 33.000 desa, 325 kabupaten/kota, dan 33 propinsi. Penduduk Indonesia terdiri dari kurang lebih 200 etnik/suku dengan 583 bahasa dan 5 kepercayaan agama. Hampir sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan sehingga mempunyai kemampuan rendah dan kerentanan tinggi.
Secara geologis negeri ini juga menyimpan ancaman yang tinggi, hal ini terlihat bahwa kepulauan tersebut terletak pada jalur tektonik dan seismik yang terpanjang dan teraktif di dunia. Di sebelah selatan terdapat lempeng Indo-Australia, di sebelah utara terdapat lempeng Eurasia dan di sebelah timur ada lempeng Pasifik yang ketiganya mempunyai pergerakan 12 s/d 100 cm setiap tahunnya. Di samping itu juga terdapat sabuk api (ring of fire) berupa jalur vulkanik sehingga negeri ini terdapat 500 gunungapi yang 129 diantaranya aktif.
Belum lagi secara hydrometeorologis, Indonesia mengenal 2 musim yaitu musim kemarau dan hujan yang memiliki 5.590 sungai besar dan anak sungai yang diidentifikasi 600 sungai diantaranya mempunyai potensi banjir, juga memiliki luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia yang secara ekologis mengalami degradasi dari tahun ke tahun.
Dengan mencermati adanya ancaman yang tinggi (high risk), kerentanan yang tinggi (high vulnerabillity) dan diiringi kemampuan yang rendah (low capacity) ini jadi tak salah apabila Republik ini mendapat julukan Hypermarket Bencana. Berdasarkan data kejadian bencana, Indonesia rata-rata bisa mengalami bencana 1 – 3 kali sehari. Pada rentang tahun 2006-2007 saja terjadi 205 peristiwa, dengan 15 jenis bencana yang menimpa 28 propinsi di Indonesia.
Peristiwa bencana mempunyai kebiasaan berulang di suatu tempat, entah 100 sampai 400 tahun sekali.

Pemahaman Istilah Bencana

Diposting oleh FPBI di 04.39 0 komentar
Dalam rangka menyatukan visi dan misi penanggulangan bencana , diperlukan pemahaman bersama tentang karateristik bencana. Dalam istilah saja berbagai pemangku kepentingan penanggulangan bencana masih belum mempunyai kata sepakat, untuk itu dapat dilihat dalam uraian di bawah ini :

• Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
• Penanggulangan bencana (disaster management) adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
• Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan alam yang menimbulkan potensi terjadinya bencana.
• Kerentanan (vulnerability) adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia (hasil dari proses‐proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan) yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat terhadap bahaya.
• Kemampuan (capacity) adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri mencegah, menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.
• Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
• Pencegahan (prevention) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
• Mitigasi (mitigation) adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
• Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
• Peringatan Dini (early warning) adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
• Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah program atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat melaksanakan penanggulangan bencana baik pada sebelum, saat maupun sesudah bencana.

Sumber : Bakornas PB

Jumat, 03 April 2009

Bencana Terkini

Diposting oleh FPBI di 10.48 0 komentar

Sistim Informasi Manajemen Bencana I Periode 3-6 Maret 2009

GEOFISIKA [GEMPA (EQ) & LONGSOR (SL)]

GEMPA : 06 Maret 2009

MELONGUANE; Sejak peristiwa gempa 12 Pebruari 2009, bantuan lain kembali dikirimkan kepada korban gempa bulan Februari lalu di kabupaten Kepulauan Talaud dari Pundi Amal SCTV, di distribusikan dengan menggunakan kapal laut dari Manado ke Melonguane, Ibu kota kabupaten. Paket bantuan yang dikirimkan berisi ratusan paket sembako, selimut, dan pakaian. Penerima bantuan tersebut adalah warga korban gempa yang tinggal di pulau Kabaruang, Pangerang dan Damau. Sumber : Liputan 6

LONGSOR: 05 Maret 2009

BREBES; Longsor melanda desa Larangan, Brebes pada hari Rabu (4/3) yang dipicu oleh hujan deras. Akibatnya, 5 rumah yang terletak diatas tanggul hancur dan 4 lainnya rusak. Longsor sejauh lebih dari 50 meter juga telah menimbulkan jurang sedalam 4 meter. Masyarakat setempat menyalahkan pemerintah yang tidak menanggapi permintaan mereka untuk membangun tanggul penahan di daerah kritis. Menyusul insiden tersebut, puluhan kepala keluarga mengungsi ke tempat aman sementara yang lainnya memperbaiki rumah yang rusak. Sumber : Indosiar

HIDROMETEOROLOGI [BANJIR (FL), ANGIN KENCANG (ST) & GELOMBANG PASANG (WV)]

BANJIR: 03-06 Maret 2009

BOJONEGORO; Kerugian sementara akibat banjir Bengawan Solo di kabupaten Bojonegoro dihitung dari rumah yang terendam di ratusan desa telah mencapai 211 miliar rupiah, dari sektor pertanian dan infrastruktur saja di ratusan desa yang terkena dampak.Pada hari Kamis (5/3), Bengawan Solo mulai meluap lagi, yang berpotensi mengancam 7 kecamatan dari 14 yang ada, yaitu Kota, Trucuk, Kalitidu, Baureno, Kanor dan Dander. Antara menyebutkan 34 rumah di desa Mbesah (kecamatan Kasiman) dan 42 rumah di desa Kalisari (kecamatan Kalisari) telah terendam banjir pada kedalaman 0.75 meter. Menyusul situasi saat ini, peringatan siaga dikeluarkan oleh Balai Pengelolaan Sumber daya Air Bengawan Solo dibawah Dinas PU Propinsi Jawa Timur. Karena curah hujan lokal diperkirakan masih tinggi, air sungai akan masih mungkin berfluktuasi sampai dengan akhir bulan Maret. Tim lapangan Oxfam mulai melakukan kegiatan assessment di kecamatan Kanor, Bojonegoro sejak hari ini (6/3). Belum ada laporan mengenai hasil temuan assessment. Sementara itu tim CRS telah melakukan 2 hari assessment di Gresik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro dan Ngawi. Namun demikian, tim assessment CRS menemukan tidak ada gaps signifikan dalam konteks kebutuhan dasar darurat di daerah yang telak dikaji. Sumber: Elshinta, Detik Surabaya, Antara, Adhong Ramadhan (CRS ERT)

LAMONGAN ; Daerah Terdampak. Banjir susulan saat ini telah merendam setidaknya 8 desa di kecamatan Benjeng pada kedalaam 60 cm. Sementara itu, banjir juga memutuskan akses penghubung Gresik – Lamongan. Pengungsian. Sampai dengan hari ini (6/3), BNPB menyatakan 2.112 populasi (528 KK) dari 3 kecamatan, yaitu Laren, Karangbinangun, dan Glagah yang mengungsi. Coping Lokal. Masyarakat setempat membangun tanggul kecil di depan rumah mereka untuk mencegah air banjir masuk ke rumah mereka. Menyusul meningkatnya status siaga banjir saat ini, Satlak PB Lamongan kembali mempersiapkan sumberdaya dan peralatan mereka untuk menghadapi situasi darurat dibantu oleh masyarakat setempat dan TNI. Sementara itu, sebagian dari mereka juga mulai membersihkan lingkungan dari sisa-sia lumpur yang lalu. Banjir Susulan. Banjir susulan di Lamorngan menurut laporan terjadi menyusul hujan deras yang turun di Gresik, yang merupakan daerah lebih tinggi pada Rabu malam. Saat ini, genangan air masih ditemukan khususnya di daerah lahan pertanian. Sumber : Liputan6, MetroTV, BNPB,

TUBAN; Menurut laporan Indosiar, setelah dilanda banjir selama 4 hari, aktivitas ekonomi di beberapa daerah yang terkena banjir masih terganggu. Masyarakat setempat menangkap ikan untuk bertahan hidup dari air banjir yang masih menggenang di daerah persawahan. Untuk menghadapi masalah kelangkaan air bersih karena sumur gali mereka masih terkontaminasi lumpur, masyarakat menggunakan air banjir untuk mengungsi dan membeli air dari desa tetangga yang tidak terkena banjir untuk minum. Sumber : Indosiar

PASURUAN; Daerah Terdampak. Banjir mulai menggenangi 3 kecamatan di kabupaten Pasuruan yaitu Rejoso, Winongan dan Grati pada hari Senin (26/3). Detailnya, 6 desa di Winongan menurut laporan terendam, kemudian 4 desa di Rejoso dan 5 desa lainnya di kecamatan Grati. Dampak. Genangan banjir tidak hanya memutuskan akses jalan penghubung antar kecamatan namun juga menggenangi ratusan rumah dan fasilitas umum yang lain seperti gedung sekolah. Coping Lokal. Satlak PB Pasuruan telah merespon situasi kedaruratan dengan mendirikan dapur umum untuk menyediakan bantuan makanan kepada masyarakat korban banjir. Sumber : Mediacenter dan Surya Online.

MOJOKERTO ; Lebih dari seribu rumah dalam 5 desa di kecamatan Bangsal telah terendam 50-100 cm genangan banjir. Insiden tersebut dipicu oleh hujan yang mengguyur sejak Rabu sore. Menurut masyarakat setempat, banjir saat ini merupakan kejadian pertama di lima tahun terakhir. Karena banjir mulai menggenangi rumah rumah, beberapa penduduk memindahkan barang-barang mereka ke lokasi yang lebih tinggi. Sementara itu, beberapa orang sudah mengungsi ke balai desa atau ke tempat lain yang bebas banjir namun beberapa orang masih tetap bertahan di rumah masing-masing menjaga barang-barang mereka. Satlak PB Mojokerto memprediksi banjir akan segera surut dalam beberapa hari kedepan jika tidak ada hujan turun lagi pada Kamis (5/3). Sumber : Mediacenter,

BANDUNG ; Daerah Terdampak. Hujan deras yang mengguyur di bagian hulu sungai Citarum telah menyebabkan hujan di daerah renadh seperti kecamatan Majalaya dan Baleendah pada Kamis (5/3). Daerah yang terkena dampak termasuk desa Cieunteung, Cikuya dan Andir. Dalam musim penghujan kali ini banjir lebih dari empat kali melanda daerah ini. Pengungsian. Tidak ada pengungsian terjadi dari insiden banjir ini, masyarakat setempat masih memilih untuk bertahan di rumah masing-masing. Dampak. Ratusan rumah terendam banjir berlumpur pada kedalaman 50-100 cm. Genangan tinggi juga memutuskan akses jalan raya. Coping Lokal. Masyarakat setempat mulai memindahkan barang-barang mereka ke lokasi yang lebih aman sejak hari Kamis sebelum banjir menggenangi rumah mereka selain juga masih terus memonitor level air serta mempersiapkan anak-anak dan orang tua untuk diungsikan jika diperlukan. Sumber : Antara,

ANGIN PUYUH: 06 Maret 2009

TOJO UNA-UNA ; Daerah Terdampak. Puting Beliung menyerang desa Galuga, kecamatan Tojo Una-una barat pada hari Kamis (5/3) lalu. Korban Jiwa. Satu orang terbunuh dan satu lainnya luka-luka akibat insiden tersebut. Dampak. Sebanyak 6 rumah rusak berat dan 3 lainnya rusak ringan. Puting beliung juga menyebabkan putusnya saluran listrik dan air di daerah tersebut. Coping Lokal. Pemerintah setempat masih melakukan pendataan kerusakan material dan kerugian sementara masyarakat setempat memilih untuk tinggal di luar rumah pada malam setelah kejadian. Sumber : Liputan6,

CUACA BURUK: 06 Maret 2009

HUJAN ES : 06 Maret 2009

BANDUNG; Daerah Terdampak. Hujan eas melanda kota Bandung termasuk beberapa lokasi di jalan Ahmad Yani, Supratman, Laswi, dan Brigjend Katamso pada Kamis sore. Dampak. Hujan deras yang disertai dengan badai mengherankan penduduk setempat karena disertai dengan butiran es sebesar kelereng. Badai berlangsung selama sekitar 30 menit dan diikuti dengan kilat dan petir.

Sumber : Jakarta Post, Okezone, Elshinta,

BIOLOGI [EPIDEMI DBD (BO)]

FLU BURUNG: 06 Maret 2009

CIAMIS; Daerah Berpotensi Terdampak. Kasus flu burung ditemukan di hampir semua region di propinsi Banten, sementara kejadian unggas yang mati mendadak paling banyak ditemukan di kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan Tangerang. Korban Jiwa. Sejak 2005 sampai dengan 2009, ada 29 orang yang meninggal akibat flu burung (avian influenza) dari dua daerah (kota dan kabupaten Tangerang) dan 26 diantaranya meninggal setelah mendapatkan perawatan medis di rumah sakit setempat. Populasi Berpotensi Terdampak. Menurut hasil analisis pilot proyek Pilot Project Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza Departemen Kesehatan, sekitar 20 persen dari penduduk Tangerang kota dan kabupaten, yaitu sekitar 900 ribu, rentan terhadap flu berat saat flu menyebar luas. Lebih jauh lagi, diperkirakan 300 ribu penduduk akan mungkin sekali meninggal dalam 6 bulan. Dampak. Selain mengancam hidup manusia, pandemik flu burung juga akan mengganggu sektor yang lain seperti pelayanan publik (rumah sakit, puskesmas, dan polisi) dan untuk kasus yang lebih buruk akan mungkin menyebabkan tutupnya sekolah, pabrik yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas ekonomi. Sementara itu, aktivitas penerbangan juga diperkirakan akan terkena dampak seperti pelarangan penerbangan nasional ke Tangerang (bandara Sukarno-Hatta) atau larangan-larangan untuk transit untuk penerbangan Indonesia. Respon dan Penanggulangan. Pemerintah propinsi Banten telah mengalokasikan 20 miliar rupiah untuk menangani dan menanggulangi flu burung di Banten yang diambil dari dana bantuan pemerintah pusat dan APBD. Khusus penangganan flu burung di dua area (Tangerang kota dan kabupaten) saat ini ditangani oleh pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat dan Singapura.

Sumber : Kompas, Pikiran Rakyat,

Sumber : Humsit, ERT-Oxfam GB

 

Mitigasi Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez