Relawan FPBI

Telah 3 tahun, tugas para relawan FPBI dalam aksi kemanusiaan di wilayah Bencana Kegagalan Teknologi yang dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo, di Kec. Porong, Sidoarjo

Jumat, 20 November 2009

Tinggi Gelombang Nopember 2009

Diposting oleh FPBI di 01.43 0 komentar

JUM'AT, 20 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Selat Karimata, Perairan Timur Batam Dan Timur Riau, Perairan Utara Bangka, Selat Malaka Barat Laut, Laut Andaman, Perairan Enggano, Perairan Bengkulu, Samudera Hindia Barat Lampung Hingga Selatan Jawa Timur , Perairan Morotai Dan Laut Halmahera.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Sulu, Laut Natuna Dan Perairan Utara Kalimantan Dan Samudera Pasifik Utara Biak

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan, Teluk Siam, Samudera Hindia Barat Mentawai, Samudera Pasifik Utara Biak Dan Laut Philipina

WARNING :

POTENSI HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR BERPELUANG TERJADI DI :

  • Perairan Timur dan Barat Malaysia
  • Perairan Utara Aceh
  • Samudera Hindia Barat Aceh dan Barat Bengkulu
  • Perairan Mentawai
  • Laut Sulawesi
  • Perairan jayapura
  • Samudera Pasifik Utara Sangihe Talaud hingga Utara Sorong dan Laut Philipina

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

SABTU, 21 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Laut Natuna Selatan, Selat Karimata, Perairan Timur Batam Dan Timur Riau, Laut Andaman, Perairan Utara Aceh, Perairan Enggano, Perairan Bengkulu, Samudera Hindia Selatan Lampung Hingga Selatan Jawa Timur , Perairan Morotai Dan Laut Halmahera.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Sulu, Teluk Siam, Laut Natuna Utara, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Barat Laut Bangka, Selat Malaka Utara Aceh, Samudera Hindia Barat Aceh Dan Barat Mentawai Dan Samudera Pasifik Utara Jayapura

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Tinggi Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan, Perairan Mentawai, Samudera Hindia Barat Daya Banten Dan Laut Philipina.

WARNING :

Potensi Hujan Lebat Disertai Petir Berpeluang Terjadi Di :

  • Perairan Brunai
  • Perairan Aceh
  • Perairan Mentawai Dan Bengkulu
  • Samudera Hindia Barat Mentawai Hingga Barat Bnegkulu
  • Perairan Bangka Selatan Dan Lampung Barat
  • Samudera Pasifik Utara Biak
  • Laut Philipina

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

MINGGU, 22 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Laut Natuna Selatan, Selat Karimata, Perairan Timur Batam Dan Timur Riau, Perairan Utara Bangka, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai Dan Enggano, Perairan Bengkulu, Perairan Lampung Barat, Selat Sunda Selatan, Perairan Seltan Jawa Barat, Samudera Hindia Barat Bengkulu Hingga Selatan Jawa Timur Dan Samudera Pasifik Utara Sangihe Talaud Hingga Utara Sorong.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Sulu, Teluk Siam, Laut Natuna Utara, Perairan Utara Kalimantan, Laut Andaman, Samudera Hindia Barat Daya Enggano, Samudera Pasifik Utara Biak Dan Laut Philipina

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan Dan Samudera Hindia Barat Aceh.

WARNING :

Potensi Hujan Lebat Disertai Petir Berpeluang Terjadi Di :

  • Perairan Timur Malaysia
  • Perairan Selatan Bangka Dan Sumatera Selatan
  • Samudera Hindia Barat Mentawai Hingga Barat Lampung
  • Perairan Selatan Jawa
  • Samudera Pasifik Utara Biak
  • Laut Philipina

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

SENIN, 23 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Selat Karimata, Perairan Utara Bangka, Perairan Timur Riau, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Hingga Selatan Lombok Dan Perairan Utara Sangihe Talaud.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Teluk Siam, Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Utara Jambi, Samudera Pasifik Utara Biak Hingga Utara Jayapura Dan Laut Philipina.

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan Dan Samudera Hindia Barat Laut Aceh Hingga Barat Nias.

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang.


SELASA, 24 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Teluk Siam, Selat Karimata, Perairan Utara Bangka, Perairan Timur Riau, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Hingga Selatan Bali, Perairan Utara Sangihe Talaud, Perairan Morotai, Perairan Biak Dan Perairan Jayapura

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Utara Jambi, Samudera Hindia Barat Laut Aceh Hingga Barat Nias, Samudera Pasifik Utara Biak Hingga Utara Jayapura Dan Laut Philipina.

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan.

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

RABU, 25 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Teluk Siam, Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Perairan Timur Riau, Selat Malaka, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Tengah Hingga Selatan Jawa Timur, Perairan Utara Sangihe Talaud, Perairan Morotai, Perairan Biak Dan Perairan Jayapura

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Samudera Hindia Barat Aceh, Samudera Hindia Selatan Lampung Hingga Selatan Jawa Barat, Teluk Karpentaria Dan Laut Philipina

Rekomendasi ( Peringatan Dini ) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan.

Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang

KAMIS, 26 NOPEMBER 2009

Gelombang Dapat Terjadi 2,0 M S/D 3,0 M Di : Laut Natuna, Perairan Utara Kalimantan, Selat Malaka, Laut Andaman, Perairan Aceh Dan Nias, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu Hingga Barat Lampung, Perairan Enggano, Selat Sunda Selatan, Perairan Selatan Jawa Barat, Laut Arafura Timur, Perairan Utara Sangihe Talaud, Perairan Morotai Dan Samudera Hindia Utara Biak Hingga Utara Jayapura.

Gelombang Dapat Terjadi 3,0 M S/D 4,0 M Di : Laut Philipina

Rekomendasi (Peringatan Dini) Gelombang Dapat Terjadi 4,0 M S/D 5,0 M Di : Laut Cina Selatan Adanya Awan Gelap (Cumulonimbus) Di Lokasi Tersebut Dapat Menimbulkan Angin Kencang Dan Menambah Tinggi Gelombang. Sumber : BMKG

Bogor Akan Dilanda Badai

Diposting oleh FPBI di 00.53 1 komentar
Hujan Badai diperkirakan akan melanda wilayah Bogor awal Desember. Fenomena alam ini terjadi akibat terbentuknya awan konvektif (awan hujan) yang besar.

Berdasarkan penelitian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga, Bogor, hujan deras yang akan mengguyur wilayah Bogor disebabkan adanya pembentukan awan konvektif atau awan pembentuk hujan yang cukup besar serta adanya pertemuan angin dart arah tenggara dan utara.

Staf Analisa BMKG Dramaga, Eko Istianto, mengatakan, hujan yang akan mengguyur Bogor itu disertai angin kencang dengan kecepatan 25 knot atau sekitar 45 km per jam. Selain itu, petir juga akan terjadi sewaktu-waktu di Bogor, namun tidak merata. Sumber : Kompas

Hujan yang tergolong ekstrem tersebut, katanya, berpotensi terjadi sore, malam, hingga dini hari. Dampak dari hujan deras tersebut, wilayah Bogor diperkirakan akan mengalami genangan air dan air sungai meluap.

Pihak BMKG mengimbau masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor agar mewaspadai bencana banjir dan longsor. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai dan kawasan lereng perbukitan.

"Kami mengingatkan agar masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor yang tinggal di sekitar bantaran kali serta kawasan tebing untuk mewaspadai hujan deras yang disertai badai tersebut. Tingginya curah hujan dikhawatirkan akan membahayakan bagi keselamatan warga," ujar Eko, Kamis (19/11).


Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Dramaga, Alidia, menambahkan, saat ini wilayah Bogor sudah memasuki musim hujan sehingga berpeluang terjadi bencana banjir dan longsor.

Dia mengatakan, musim hujan yang di Bogor sudah dimulai sejak akhir Oktober lalu diperkirakan akan berlangsung hingga Maret mendatang.

Wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, kata Alidia, termasuk dalam nonzom atau wilayah di mana musim hujan dan kemarau tidak terlihat perbedaannya. "Perbedaannya hanya dalam hal tinggi rendahnya curah hujan. Jika musim hujan datang, curah hujan di wilayah ini jauh lebih tinggi, yakni lebih dari 50 milimeter," katanya.

Adapun kawasan yang masuk dalam zona rawan bencana banjir adalah wilayah Gunung Putri dan sepanjang bantaran Kali Ciliwung.

"Kedua kawasan itu berpotensi banjir dengan intensitas cukup besar karena curah hujan tinggi, sementara daya tampung sungai tak memadai," katanya.

Sementara itu, titik atau zona rawan longsor umumnya di kawasan perbukitan, seperti di wilayah Puncak, Cibodas, Cisarua, dan Ciawi.

Alidia mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut tak mengendurkan kewaspadaan. Sumber : Kompas.com

Rabu, 18 November 2009

Waspada Rabies

Diposting oleh FPBI di 22.26 0 komentar
Rabies menyerang korbannya tanpa ampun. Sekali menyerang, penyakit itu akan membuat korbannya merasakan penderitaan berat berujung kematian kalau tidak ditangani secara tepat.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, hampir 100 persen korban rabies meninggal dunia.

Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan hewan penular, kebanyakan anjing, akan berkembang di otot sekitar gigitan, kemudian menyerang susunan syaraf tepi lalu bergerak ke otak.

Setelah sampai di otak, virus yang termasuk ke dalam famili Rhabdovirus dan genus Lyssa virus itu, akan menyebar ke jaringan-jaringan lain secara cepat sehingga kebanyakan korban tak menyadarinya. Sumber : Antara News

Gejala serangan virus berbentuk peluru itu, menurut Tjandra, rata-rata muncul dalam waktu 2-8 minggu sampai dua tahun dengan empat stadium manifestasi klinis.

"Ada empat stadium manifestasi klinis, tapi seringkali susah dibedakan karena penyakit ini berkembang dengan cepat," katanya.

Tanda yang kemungkinan tampak jelas, lanjut dia, umumnya berupa rasa nyeri pada bekas luka gigitan, takut air (hydrophobia), takut angin (aerophobia), takut cahaya (photophobia) dan takut suara keras.

Kondisi itu akan membuat penderita menjadi bereaksi secara berlebihan terhadap lingkungan sekitarnya serta menjadi mudah sedih, gelisah, dan marah.

Lama kelamaan, penderita akan merasa sesak seperti tercekik kemudian sedikit demi sedikit tidak bisa lagi merasakan tubuhnya sampai tidak lagi bernafas.

Aisyah bersyukur putri ketiganya, Tika, tidak harus mengalami penderitaan berat itu setelah digigit anjing penular rabies tanggal 16 Februari lalu.

Gigitan anjing gila sepanjang delapan sentimeter dengan dalam tiga sentimeter dari pipi hingga ujung bibir itu hanya meninggalkan bekas luka yang menjadi keloid pada wajah putri kecilnya yang kini berusia 3,5 tahun.

"Dia cuma jadi takut melihat anjing tetangga. Dua kakaknya juga ," kata istri almarhum Anda yang tinggal di Kampung Wates, Desa Godog, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut tersebut.

Kejadian itu tidak menyebabkan putrinya mengalami penderitaan berat karena setelah tergigit anjing, Tika langsung dibawa ke Puskesmas dan ditangani dengan baik oleh petugas kesehatan.

Petugas langsung mencuci luka pada pipi dan ujung bibir Tika dengan air mengalir selama sepuluh menit dan memberinya antiseptik.

Tika juga diberi Vaksin Anti-Rabies (VAR) pada hari pertama tergigit serta tujuh hari dan 21 hari sesudahnya.

"Dulu sempat rewel sedikit, mungkin karena lukanya. Sekarang tidak lagi, sudah baik," kata Aisyah sambil menggendong Tika dan boneka kecilnya yang berambut pirang.

Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat bata dengan penghasilan Rp10 ribu per hari itu hanya masih harus rutin membawa Tika ke Puskesmas untuk kontrol.

"Diminta datang untuk periksa tiap enam bulan sampai dua tahun," kata Aisyah yang sore itu mengenakan baju merah muda dan kerudung hitam.

Menyebar Luas

Tjandra mengatakan, hingga kini penyakit rabies masih dilaporkan terjadi di 24 dari 33 provinsi di Indonesia.

Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies tercatat sebanyak 19.625 kasus pada 2007 dan naik menjadi 21.245 kasus pada 2008 sementara jumlah pasien rabies bertambah dari 104 orang pada 2007 menjadi 122 orang pada 2008.

"Pasien rabies, yang biasa disebut Lyssa, jumlahnya rata-rata 100 orang per tahun. Terlihat tidak besar. Tapi masalahnya, tingkat kematian akibat penyakit ini hampir 100 persen," katanya.

Penyakit yang kebanyakan menular melalui gigitan anjing itu juga masih menimbulkan kejadian luar biasa penyakit di Provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat tahun 2003 dan Banten pada akhir tahun 2007 dan Kabupaten Badung, Bali, pada bulan November 2008.

Hanya sembilan provinsi yang dinyatakan bebas rabies yakni Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, dan Papua.

Pemerintah, lanjut Tjandra, melakukan berbagai upaya untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh virus rabies tersebut dan menargetkan seluruh daerah bebas rabies pada 2015.

Upaya pemberantasan rabies antara lain dilakukan dengan menerapkan program pengendalian terpadu lintas sektor, membangun "Rabies Center" untuk mempercepat penanganan kasus, melindungi kelompok berisiko dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanggulangan.

Langkah pemberantasan rabies terpadu antara lain dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, pendataan dan registrasi anjing, vaksinasi dan depopulasi anjing, observasi hewan, pengamatan dan penyidikan penyakit serta pengawasan lalu lintas hewan penular rabies.

Menurut Direktur Kesehatan Hewan pada Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Agus Wiyono, pencegahan penularan rabies pada anjing mesti diintensifkan mengingat 90 persen penyakit rabies menular melalui gigitan anjing dan hanya 10 persen yang menular melalui gigitan hewan lain seperti anjing dan kera.

Ia menjelaskan, cara paling efektif untuk mencegah penularan rabies pada anjing adalah dengan melakukan vaksinasi antirabies pada anjing, memusnahkan anjing-anjing liar dan memperketat pengawasan lalu lintas anjing.

Pengawasan lalu lintas hewan penular ini penting karena penyebaran rabies sebagian besar terjadi karena masuknya hewan penular dari daerah lain.

Ia mencontohkan, wabah rabies terjadi di Bali yang sebelumnya tidak memiliki sejarah kasus rabies pada 2008.

Hal itu, menurut dia, kemungkinan terjadi karena masuknya anjing-anjing penular rabies bersama nelayan tradisional dari Pulau Flores.

"Flores sebelumnya juga bebas rabies. Hanya baru-baru ini kasus rabies muncul. Penularannya diduga berasal dari Sulawesi karena jenis virusnya sama dengan virus rabies yang ada di Sulawesi," jelasnya.

Agus mengatakan, pemerintah telah membangun pusat-pusat pengawasan lalu lintas hewan dan karantina hewan untuk mencegah penyebaran hewan-hewan penular rabies meski cakupannya belum menyeluruh.

Kemampuan pemerintah, lanjut Agus, dalam hal ini masih terbatas karena masalah-masalah klasik seperti kurangnya pendanaan dan sumber daya.

Agus berharap selanjutnya pemerintah daerah dan anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam upaya pemberantasan penyakit ini.

Masyarakat bisa berpartisipasi dengan tidak membiarkan anjing-anjing bebas berkeliaran di jalanan dan memberikan vaksinasi anti rabies pada anjing peliharaan.

"Mereka sebaiknya belajar mengenali anjing penular rabies dan apa yang harus dilakukan jika terlanjur tergigit," katanya.

Anjing yang terinfeksi virus rabies, jelas Agus, bermata merah, mengeluarkan banyak air liur, agresif, berdiri kaku dengan ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya serta menyerang orang, hewan dan benda yang bergerak.

"Jika menemukan anjing yang dicurigai rabies, sebaiknya segera melapor ke dinas peternakan atau membunuhnya kemudian membawa kepalanya ke dinas supaya bisa diobservasi," katanya serta menambahkan anjing yang terinfeksi rabies tidak hidup lama.

Ia menambahkan, pembunuhan anjing sebaiknya dilakukan dengan mengenakan perlengkapan pelindung seperti masker, tutup kepala, dan sarung tangan untuk mencegah penularan.

Apabila anjing terlanjur menggigit, Tjandra menjelaskan, korban gigitan sebaiknya dicuci lukanya dengan sabun pada air mengalir selama 10 menit hingga 15 menit kemudian diberi desinfektan.

"Kemudian dibawa ke sarana pelayanan kesehatan atau Rabies Center supaya mendapat perawatan sesuai standar, termasuk diberi vaksin anti rabies bila ada indikasi," katanya.

Hal-hal yang terlihat sepele itu, menurut dia, bisa menyelamatkan nyawa manusia dari serangan virus yang bisa bertahan hidup berbulan-bulan pada suhu minus empat derajat Celsius itu.

Selasa, 10 November 2009

Gunungapi Batur Naik Status Waspada (Level II)

Diposting oleh FPBI di 04.56 0 komentar

Gunungapi Batur terletak di P. Bali pada posisi geografis 08°14' 30” Lintang Selatan dan 115°22' 30” Bujur Timur . Secara administratif Desa Panelokan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Ketinggian G. Batur berada pada ± 1717 m di atas muka laut .
Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai tahun 1804 dan terakhir pada tanggal 7 Juli tahun 2000. Sejak tahun 1800 Gunungapi Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali kejadian dengan waktu istirahat antar periode letusan 1 s/d 39 tahun. Letusan G. Batur umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strombolian. Karakteristik letusan terakhir pada 7 Juli 2000, memperlihatkan kejadian lontaran piroklastik berukuran abu, lapili dan bongkah tersebar pada radius ± 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi ± 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas vulkanik Gunungapi Batur purna letusan Juli 2000 berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.

Berdasarkan Kegempaan

Berikut disampaikan hasil pengamatan kegempaan yang terjadi di G. Batur dari September 2009 hingga 8 Nopember 2009:



- September 2009, terekam 21 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 1 – 12 mm, S-P 0.5 – 4 detik, dan lama gempa 1.5 – 12 detik 11 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 1.5 – 23 mm dan lama gempa 2 – 40 detik; 13 kali kejadian kejadian Gempa Low Frekuensi, 1 kali kejadian Gempa Tektonik Lokal, 103 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh.
- Oktober 2009, terekam 28 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 1 – 7 mm, S-P 0.5 – 4 detik, dan lama gempa 5 – 52 detik; 20 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 1.2 – 22 mm dan lama gempa 5 – 50 detik; 15 kali kejadian Gempa Low Frekuensi ; 2 kali kejadian Gempa Tektonik Lokal, 122 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh.
- 1 Nopember 2009 – 7 Nopember 2009, dalam kurun waktu 7 hari terekam 12 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 2 – 9 mm, S-P 1.5 – 3 detik, dan lama gempa 35 – 142 detik; 7 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 5 – 11 mm dan lama gempa 21 – 40 detik; 7 kali kejadian Gempa Low Frekuensi, Gempa Tektonik Lokal nihil dan 20 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh.
- 8 Nopember 2009, hingga pukul 18:30 WITA tercatat 5 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 53 kali kejadian Gampa Vulkanik Dangkal (VB)


Pengamatan Visual
- Sejak bulan September hingga awal Nopember 2009 kegiatan G. Batur secara visual dicirikan oleh hembusan asap solfatara dari kawah – kawah yang berada dipuncak G. Batur.


Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Sejak September hingga 7 Nopvember 2009, aktivitas kegempaan G. Batur cenderung menunjukan peningkatan dan pada 8 Nopember hingga pukul 18 :30 WITA, kejadian Gempa Vulkanik meningkat secara signifikan.
2. Berdasarkan hasil analisis pemantauan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 Nopember 2009 pukul 20:00 WITA status kegiatan G. Batur dinaikan dari ”Normal” ke “Waspada”.

Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Batur dan kami tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat.

Dengan status Waspada G. Batur, maka kami rekomendasikan :
1. Masyarakat/ Wisatawan tidak mendaki puncak G. Batur.


2. Masyarakat di wilayah Provinsi Bali harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang letusan G. Batur serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dan senantiasa mengikuti arahan Satlak PB dan Satkorlak PB setempat.

Untuk Informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Batur di Desa Panelokan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli (Provinsi Bali). Sumber : PVMBG

Selasa, 03 November 2009

Gunungapi Kaba Status Waspada

Diposting oleh FPBI di 05.30 0 komentar
Gunung Kaba pernah aktif karena dipicu gempa tektonik. Kini status gunung berketinggian 1952 mdpl di Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, ini naik dari normal (level I) menjadi waspada (level II).

"Ada peningkatan aktivitas gempa vulkanik dalam beberapa hari ini, namun belum menunjukkan aktivitas yang signifikan. Status Gunung Kaba dinaikkan dari normal menjadi waspada," kata Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendrasto di Bandung, Rabu (21/10).

Peningkatan status Gunung Kaba dilakukan sejak Selasa 20 Oktober. PVMBG langsung menurunkan Tim Tanggap Darurat ke Posko Pemantauan Gunung Kaba di Bengkulu.

Menurut Hendrasto, pusat erupsi (letusan gunung api) atau kegiatan vulkanik gunung itu sering berpindah-pindah, dicirikan oleh adanya kawah-kawah yang terdapat pada puncak. Di puncak itu tumbuh kerucut-kerucut kecil dan pusat erupsi masih menunjukkan tanda-tanda kegiatan gunung api.

"Erupsi terakhir Gunung Kaba terjadi pada 26 Maret 1952. Saat itu ditandai dengan abu letusan dan terdengar suara gemuruh," tutur Hendrasto.

Pada tahun 2000 juga terjadi peningkatan kegiatan kegempaan gunung Kaba yang dipicu gempa tektonik Bengkulu yang berkekuatan 7,8 skala Richter pada 4 Juni 2000. Sumber : Inilah.com, PVMBG

 

Mitigasi Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez